Senggigi-Mataram (ANTARA News) - Ketua
"Working Group on Agriculture And Food Cooperation (WGAFC) Indonesia,", Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA mengungkapkan nilai perdagangan bilateral Indonesia - Australia pada 2005 mencapai 5,54 miliar Dolar AS.
"Dari nilai tersebut ekspor Indonesia ke Australia hanya mencapai 5,06 persen," katanya di Mataram, Senin, berkaitan dengan Sidang Ke-12 WGAFC di Mataram, selama dua hari.
Dijelaskannya ekspor Indonesia ke Australia berasal dari komoditi migas, sedangkan ekspor non-migas terutama produk pertanian lebih didominasi oleh Australia.
Produk pertanian Indonesia masih sering mengalami kendala untuk dapat masuk pasar Australia, di antaranya masalah
"food safety" dan perkarantinaan Australia yang sangat ketat.
Hubungan bilateral Indonesia-Australia dibidang pertanian sudah lama jalan melalui wadah kerjasama WGAFC.
Dalam sidang WGAFC, yang sidang tahunanya dilakukan secara bergantian di Indonesia dan Australia membentuk empat kelompok, yakni Task Force on Agribusiness Support System, Task Force on Crops and Flant Products, Task force on Livestock and Animal Product dan Dialoue on Quarantine and Food Safety.
Cakupan bahasan masing-masing Task Force terdiri atas pembahasan perkembangan kerjasama, merancang kerjasama prioritas mendatang dan permasalahan yang terkait dengan perdagangan berbagai komoditi pertanian serta kerjasama teknis.
Pada pertemuan ke-12, Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara yang dilaksanakan di Lombok selama dua hari hingga 27 Juni mendatang.
"Yang mengkoordinir Delegasi Indonesia adalah saya pribadi, sedangkan delegasi Australia dipimpin Ketua WGAFC Australia, Paul Morris," katanya.
Lebih lanjut Syukur menyatakan untuk kerjasama bilateral Australia-Indonesia di bidang pertanian, khususnya sektor peternakan, telah berlangsung dalam waktu lama.
Australia telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas penyakit mulut dan kuku (PMK), kini Indonesia termasuk negara yang bebas penyakit hewan tersebut.
Bahkan harus diakui Australia telah membantu Indonesia membantu pembangunan Balai Penelitian Peternakan di Ciawi-Bogor.
"Diharapkan dalam pertemuan ke-12 tersebut dibicarakan kerjasama prioritas mendatang antara lain masalah sertifikasi GAS (Giant African Snai/bekicot), Avian Influenza, Holticultura product," demikian Syukur (*)
Copyright © ANTARA 2006