New York (ANTARA) - Sekitar 74 persen kaum muda Amerika menganggap kekerasan senjata api sebagai masalah di Amerika Serikat (AS) dan 59 persen mendukung undang-undang keamanan senjata api yang lebih ketat.

Menurut sebuah studi baru, seperti dikutip sebuah portal berita harian independen AS, Scheer Post, Minggu (13/8), lebih dari seperempat kaum muda Amerika berusia 14-30 tahun pernah mengalami lockdown karena insiden penembakan aktif.

Sementara itu, rata-rata kaum muda Amerika mengetahui setidaknya satu orang pernah terluka atau terbunuh oleh senjata api, kata laporan itu. Penembakan massal di AS juga telah mencapai 430 kasus sepanjang tahun 2023.

"Tentu saja, stres yang saya rasakan atas epidemi kekerasan senjata api di AS mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan yang dirasakan oleh banyak kaum muda Amerika, yang mana penembakan di sekolah jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan yang terjadi pada 1980-an dan 1990-an ketika saya masih bersekolah," ungkap laporan tersebut.

Meskipun penembakan massal hanya mencapai 1 persen dari kekerasan senjata api tahunan di Amerika, insiden itu menimbulkan dampak sangat besar terhadap kehidupan kaum muda.

Hal itu sebagian karena banyaknya liputan media yang diterima, berapa kali komunitas tertentu menjadi sasaran, serta prevalensi latihan lockdown, dan lockdown yang sebenarnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023