Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani menilai "international trust" (kepercayaan internasional) sebagai bukti bahwa diplomasi internasional Indonesia sudah berada pada jalur yang benar sebagaimana disampaikan Presiden RI Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR RI, Rabu (16/8).

"Apa yang disampaikan Presiden Jokowi soal kepercayaan dunia internasional pada Indonesia itu kita rasakan betul dan tentu ini menjadi bukti bahwa politik luar negeri kita, diplomasi internasional, dan peran kita di dunia internasional berada pada jalur yang benar," kata Christina dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Hal ini menunjukkan kepercayaan diri dan optimisme tinggi Indonesia sesuai visi politik luar negerinya yang menargetkan Indonesia menjadi regional "great power" pada 2031 dan bahkan "major power" pada 2045.

"Tentu juga bentuk optimisme bahwa Indonesia pada usia satu abadnya nanti di 2045 bukan tidak mungkin akan menjadi negara yang sangat diperhitungkan di kawasan maupun global," ujarnya.

Menurut dia, kepercayaan internasional tersebut sekaligus memperlihatkan rasa percaya diri Indonesia yang tinggi apalagi di tengah hubungan internasional baik global maupun regional yang penuh dinamika, termasuk peta hubungan antarnegara-negara kuat, Amerika Serikat-Tiongkok, dan krisis perang Rusia dan Ukraina.

"Harus kita akui bahwa diplomasi internasional Indonesia dalam situasi dunia sekarang bukan sesuatu yang mudah. Tarik menarik kepentingan di antara negara-negara maju dan kuat yang jika Indonesia tidak hati-hati bisa membawa masalah juga. Berita baiknya Indonesia mampu berselancar di antara kepentingan besar tersebut dan bahkan meraih kepercayaan, itu sesuatu yang patut kita apresiasi," jelas Christina.

Untuk itu, dia sepakat momentum ini harus dijaga bersama, utamanya melalui penguatan peran Indonesia dalam hubungan internasional yang diperkirakan akan semakin dinamis pada masa mendatang.

Baca juga: Presiden: Peningkatan PNBP melalui perbaikan perencanaan dan inovasi
Baca juga: Presiden salami hingga diajak swafoto anggota MPR


Di depan mata, lanjut Christina, Keketuaan ASEAN yang dimulai sejak 1 Januari sampai 31 Desember 2023 harus bisa dimanfaatkan Indonesia secara optimal.

Hal ini bisa membawa ASEAN dalam upaya bersama menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, termasuk geoekonomi, yaitu menguatkan peran ASEAN sebagai pusat pertumbuhan di tengah situasi global yang penuh tantangan dan ketidakpastian.

"Kami sepakat seperti disampaikan Presiden bahwa ini semua bukan retorika atau gimik semata. Modal kita sudah ada tinggal bagaimana bersama-sama menjaga momentum agar Indonesia di mata internasional mempunyai peran lebih maksimal lagi. Kalau kita punya target menjadi pemain regional maupun global yang patut diperhitungkan di 2045, dengan konsistensi saya yakin kita bisa," pungkas dia.

Sebelumnya, pada Rabu (16/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia harus bisa memanfaatkan kepercayaan internasional ("international trust") agar suaranya lebih didengar di panggung dunia dan mempermudah proses negosiasi dengan negara lain.

Kepercayaan internasional itu, menurut Jokowi, diperoleh Indonesia setelah sukses menjalankan peran sebagai Presiden G20 tahun lalu, sebagai Ketua ASEAN yang tahun ini sedang berjalan, serta konsistensi dalam menerapkan HAM, prinsip kemanusiaan, dan kesetaraan.

“Dengan 'international trust' yang tinggi, kredibilitas kita akan lebih diakui, kedaulatan kita akan lebih dihormati,” kata Presiden Jokowi ketika berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.

Keberhasilan dalam menghadapi krisis selama tiga tahun terakhir akibat pandemi COVID-19, kata dia, telah mendongkrak dan menempatkan Indonesia kembali ke peta percaturan dunia, yang kondisinya sedang bergolak akibat perang dan perbedaan.

Oleh karena itu, Indonesia dengan ideologi Pancasila yang dimiliki serta harmoni keberagaman dan prinsip demokrasi diharapkan mampu menghadirkan ruang dialog dan menjadi titik temu untuk menjembatani segala perbedaan yang ada.

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023