Brazilia (ANTARA) - Seorang peretas Brazil mengaku diminta mantan Presiden Brazil Jair Bolsonaro untuk mengutak-atik mesin pemungutan suara agar bisa membuktikan bahwa sistem pemilihan rentan terhadap aksi kecurangan selama kampanye pemilihan presiden tahun lalu.

Pengakuan itu ia ungkapkan dalam sidang kongres pada Kamis (17/8).   

Peretas tersebut, seorang pemrogram komputer bernama Walter Delgatti, mengatakan kepada para anggota parlemen bahwa dirinya pada Agustus tahun lalu bertemu dengan Bolsonaro, yang saat itu menjabat presiden. 

Bolsonaro disebutkan meminta Delgatti untuk membicarakan rencana tersebut dengan para pakar di kementerian pertahanan dan menawarkan pengampunan jika dia menghadapi tuntutan hukum. 
 
"Dia memberi saya sebuah cek kosong untuk melakukan apa yang saya inginkan dengan mesin pemungutan suara," kata Delgatti pada pemeriksaan oleh kongres tersebut.

"Idenya adalah saya mengambil mesin pemungutan suara... sehingga saya memasang aplikasi saya dan menunjukkan bahwa seseorang bisa saja menekan tombol untuk menghasilkan lebih dari satu suara."

Delgatti mengakui bahwa pertemuan dengan Bolsonaro diatur oleh anggota parlemen sayap kanan Carla Zambelli yang membayarnya 8.000 dolar AS (sekitar Rp120 juta) untuk jasa tersebut.

Namun, Delgatti mengatakan bahwa ia tidak pernah berhasil meretas mesin suara tersebut untuk memperlihatkan bahwa hasil pemilihan umum telah dimanipulasi --seperti yang diinginkan Bolsonaro.

Kesaksian tersebut disampaikan setelah pengadilan pemilu menyatakan Bolsonaro tidak memenuhi syarat untuk kembali menjabat sampai 2030 karena menyalahgunakan wewenang sebagai presiden untuk menyalahkan sistem pemilihan di Brazil.

Para sekutu Bolsonaro khawatir bahwa sang presiden akhirnya bisa diseret ke pengadilan untuk menghadapi tuntutan kejahatan.
 
Seseorang yang dekat dengan keluarga Bolsonaro mengatakan kepada Reuters bahwa kesaksian yang disampaikan oleh Delgatti tersebut bisa "menghancurkan".

Partai Liberal sayap kanan pimpinan Bolsonaro, yang berkembang menjadi partai terbesar di Kongres pada pemilu Oktober lalu, saat ini berada dalam jurang kehancuran.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Jovem Pan setelah tuduhan Delgatti tersebut muncul, Bolsonaro membantah segala tuduhan tetapi mengakui bahwa ia memang pernah bertemu dengan peretas tersebut.

Sementara itu, pengacara Bolsonaro mengatakan bahwa pernyataan yang disampaikan Delgatti berisi informasi palsu, tidak memiliki bukti apa pun dan merupakan sebuah kejahatan fitnah.

Pembela mantan presiden tersebut mengancam akan menuntut balik  Delgatti.

Sebelumnya,  Fabio Wajngarten --juru bicara Bolsonaro yang juga mantan sekretaris pers, membantah kesaksian Delgatti soal pembicaraan sang peretas dengan Bolsonaro. 

Menurut kesaksian Delgatti, Bolsonaro memberi tahunya melalui telepon bahwa mereka telah menyadap Hakim Agung Alexandre de Moraes --yang memimpin investigasi terkait tuduhan Bolsonaro mengenai sistem pemilihan umum.

"Tidak pernah ada penyadapan atau pun tindakan ilegal lain terhadap institusi politik Brazil oleh orang-orang kepercayaan presiden. itu bohong, bohong, dan bohong..." katanya melalui media sosial X, yang dulunya bernama Twitter.

Bolsonaro mengalami kekalahan dengan selisih suara tipis dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilu tahun lalu, dan sampai sekarang tidak pernah mengakui kekalahannya. Bolsonaro bersikukuh bahwa sistem pemilu tersebut rawan kecurangan.

Sumber: Reuters 

Baca juga: Lula ambil alih kepemimpinan Brazil, kecam Bolsonaro

Baca juga: Militer Brazil tidak temukan masalah dalam sistem pemilihan presiden


 

Bolsonaro bercengkerama dengan burung besar di pekarangan Alvorada

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023