Brusels (ANTARA News) - Eropa Bersatu hari Selasa menyambut kesepakatan, yang mengarah pada pengakuan tersirat kelompok Hamas pemimpin Palestina atas musuh besarnya Israel, dengan menyatakannya sebagai langkah penting pertama. "Kesepakatan itu bukan ahir, tapi harus menjadi awal alur, yang akan membuat unsur lain mengikuti pemikiran menolak kekerasan, mengakui Israel, dan menerima perjanjian dan kewajiban sebelumnya," kata Komisaris Hubungan Luar Negeri Eropa Bersatu Benita Ferrero Waldner. Kesepakatan itu, yang dicapai di antara seluruh unsur Palestina, kecuali pegaris keras Jihad Islam, terjadi sesudah perundingan gencar beberapa pekan antara Hamas dengan partai pesaing Fatah dari Presiden Mahmud Abbas di tengah perseteruan dan kekuatiran akan perang saudara. Naskah rujuk bangsa 18 pasal itu, disusun pemimpin unsur Palestina terpenjara di negara Yahudi tersebut, secara tersirat mengakui hak hadir Israel dengan menyeru pembentukan negara Palestina di bumi, yang dikuasai Israel tahun 1967. Kesepakatan itu juga menyeru pengahiran serangan di Israel dan pembentukan pemerintah persatuan bangsa. Eropa Bersatu merupakan pemberi terbesar bantuan bagi rakyat Palestina dan berupaya mendanai wilayah kekurangan uang itu tanpa lewat Hamas. Tokoh unsur keras dalam daftar hitam teror Eropa Bersatu dan Brusels menolak bekerjasama secara resmi dengan Hamas sebelum kelompok penguasa Palestina itu mengakui Israel, mengecam kekerasan dan menerima perjanjian sebelumnya. "Kami siap bekerjasama dengan pemerintah Palestina, yang sepakat dengan pemikiran itu," kata Ferrero Waldner seperti dikutip AFP. "Saya harap kesepakatan itu akan meredakan ketegangan antar-unsur, yang sangat mengganggu kemapanan di kawasan itu dan bagi rakyat Palestina, yang selalu bersama kami dalam masa sulit," kata Ferrero Waldner. Israel, yang mengancam melancarkan serangan ke Jalur Gaza atas penculikan salah satu serdadunya dalam serangan tiga hari lalu, menyatakan kesepakatan itu murni persoalan dalam negeri Palestina. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice pada Senin malam mendesak Israel melakukan diplomasi peluang guna menjamin pembebasan prajurit terculiknya. Kopral Israel berusia 20 tahun dan memiliki kewarganegaraan Perancis itu diculik hari Minggu dalam serangan fajar terhadap pos tentara di perbatasan Jalur Gaza. Dalam kejadian tersebut, dua serdadu Israel dan dua petempur Palestina tewas. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang mendapat tekanan Barat agar menyelesaikan kemelut itu, memerintahkan dinas keamanannya mencari tentara Israel terculik tersebut untuk menghindari kemungkinan serangan besar Israel. Menteri Pertahanan Amir Peretz berikrar akan melancarkan pembalasan keras Israel jika tentara hilang itu, Gilad Shavit, tak dibebaskan tanpa cedera.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006