Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping mendapat undangan dari Presiden Republik Afrika Selatan Cyril Ramaphosa untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Senin (21/8) hingga Kamis (24/8).

Dalam acara tersebut, Xi Jinping juga dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan. Selama berada di Afrika Selatan, Presiden Xi akan memimpin Dialog Para Pemimpin China-Afrika bersama Presiden Ramaphosa.


Memperdalam kerja sama BRICS

KTT ke-15 BRICS akan menjadi KTT tatap muka pertama setelah lebih dari tiga tahun dan KTT BRICS pertama yang diadakan di Afrika dalam lima tahun.

"Semua pihak akan bertukar pandangan mendalam tentang berbagai tantangan global yang menonjol, meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dalam urusan internasional, menyuntikkan stabilitas dan energi positif ke dunia saat ini yang penuh dengan ketidakpastian, serta menyumbangkan kebijaksanaan dan kekuatan untuk perdamaian dan pembangunan dunia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Wang Wenbin di Beijing, Jumat (18/8).

Wang menjelaskan mereka akan membahas cara-cara untuk semakin memperdalam dan memperkuat kerja sama BRICS, termasuk kerja sama praktis di berbagai bidang, seperti ekonomi dan perdagangan, keuangan, keamanan, pertukaran antarmasyarakat dan budaya, tata kelola global, serta memberikan panduan untuk pertumbuhan stabil dan berkelanjutan dari mekanisme tersebut.

Sejak dibentuk, kata Wang, BRICS tetap setia pada tujuan pembentukannya, yakni untuk mendapatkan kekuatan melalui solidaritas, menjunjung tinggi semangat keterbukaan, inklusivitas, kerja sama saling menguntungkan, serta kerja sama praktis dan mendalam di berbagai bidang.

BRICS telah menjadi kekuatan penting yang mendorong reformasi tata kelola global dan meningkatkan pengaruh internasional. BRICS terdiri atas lima negara anggota, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Afrika Selatan menjadi ketua BRICS pada tahun 2023 menggantikan China. Dengan mengusung tema "BRICS dan Afrika: Kemitraan untuk Pertumbuhan yang Saling Dipercepat, Pembangunan Berkelanjutan, dan Multilateralisme Inklusif", KTT itu akan melanjutkan momentum kerja sama yang sehat dari BRICS Tahun 2022 dan memetakan masa depan lebih cerah bagi BRICS.

"Mereka juga akan berusaha memperkuat dialog dan kerja sama antara BRICS dan Afrika, serta negara-negara berkembang dan emerging market lainnya dan mengirimkan pesan yang kuat tentang menjaga multilateralisme dan berfokus pada pembangunan bersama," kata Wang.

Seorang peneliti dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China Li Wentao mengatakan KTT ke-15 BRICS penting untuk mendukung kerja sama praktis di kalangan negara berkembang dan pasar berkembang di berbagai bidang.

"Mendorong reformasi tata kelola global serta meningkatkan representasi dan suara negara-negara berkembang," kata Li Wentao.

Di tengah perubahan global besar, solidaritas dan kerja sama di antara negara-negara BRICS diharapkan membawa lebih banyak kepastian ke dunia yang tidak pasti.

Dekan Departemen Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua Tang Xiaoyang menuturkan bahwa memperkuat kerja sama dengan negara-negara BRICS akan membantu negara-negara berkembang dan pasar berkembang dalam mencari titik pertumbuhan baru dan membantu mereka mencapai pembangunan lebih tangguh.


Menyusun cetak biru perkembangan China-Afrika

Tahun 2023 menandai peringatan 25 tahun hubungan diplomatik antara China dan Afrika Selatan.

Wang menjelaskan bahwa dalam kunjungannya, Presiden Xi Jinping akan bertukar pandangan dengan Presiden Ramaphosa mengenai hubungan bilateral serta isu-isu internasional dan regional yang menjadi kepentingan bersama, sekaligus menyusun cetak biru bagi perkembangan hubungan bilateral.

Kunjungan tersebut akan memberikan dorongan kuat untuk membangun komunitas China-Afrika Selatan tingkat tinggi dengan masa depan bersama.

Menyebut bahwa Afrika Selatan merupakan mitra strategis komprehensif China, sekaligus negara Afrika pertama yang bergabung dengan kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra, Wang mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di bawah perhatian dan perencanaan bersama Presiden Xi dan Presiden Ramaphosa, hubungan China-Afrika Selatan telah mempertahankan perkembangan tingkat tinggi dengan rasa saling percaya politik, kerja sama praktis, pertukaran antarmasyarakat dan budaya, serta koordinasi strategis terus diperdalam.

"Tidak peduli bagaimana lanskap internasional berubah, China tidak akan mengubah komitmennya untuk memperdalam persahabatan serta meningkatkan solidaritas dan kerja sama dengan Afrika Selatan. Kami ingin bekerja sama dengan Afrika Selatan untuk terus saling mendukung dalam isu-isu yang menjadi kepentingan inti dan perhatian utama satu sama lain, bersama-sama mengejar pembangunan dan revitalisasi, serta memberikan kontribusi positif bagi dunia multipolar dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional," ungkap Wang.

Mengedepankan persahabatan China-Afrika

Selama berada di Afrika Selatan, Xi Jinping dan Ramaphosa akan memimpin Dialog Para Pemimpin China-Afrika.

Ketua bersama Afrika untuk Forum Kerja Sama China-Afrika, ketua Uni Afrika, serta para perwakilan dari komunitas-komunitas ekonomi regional turut diundang ke acara tersebut.

"Solidaritas dan kerja sama dengan negara-negara Afrika merupakan landasan kebijakan luar negeri China serta pilihan strategis kami yang sudah lama dipegang dan tetap kokoh," tutur Wang.

Dia mengatakan dalam dialog yang mengusung tema "Mendorong Integrasi Afrika dan Bersama Membangun Komunitas China-Afrika Tingkat Tinggi dengan Masa Depan bersama" itu, kedua belah pihak akan melakukan dialog mendalam tentang kerja sama memajukan modernisasi serta membangun lingkungan yang damai, adil, dan terbuka untuk pembangunan.

Dengan mengedepankan semangat persahabatan dan kerja sama China-Afrika, serta bertujuan untuk mewujudkan hasil kerja sama yang nyata, China dan Afrika akan menciptakan masa depan lebih baik lagi bagi rakyat kedua negara serta menjadi contoh teladan untuk memajukan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.

Su Xiaohui, seorang peneliti di China Institute of International Studies, mengatakan bahwa selama bertahun-tahun China dan Afrika telah bekerja bersama dan bekerja sama dengan erat, sehingga menjadi contoh bagi kerja sama yang bersahabat dan pembangunan bersama untuk negara-negara berkembang.

"Negara-negara Afrika aktif mempromosikan modernisasi serta pembangunan mandiri, dan modernisasi China akan memberikan peluang pembangunan yang berharga bagi mereka serta menyuntikkan dorongan baru ke dalam kerja sama China-Afrika dan pembangunan mandiri Afrika," ujar Su.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023