Jakarta (ANTARA) - Jumlah entrepreneur di Indonesia, terutama yang kini membangun usaha sebagai founder startup terus mengalami peningkatan, namun demikian proses membangun usaha tidak selalu berjalan mulus.

Mulai dari mencari co-founder yang bisa melengkapi satu sama lain, hambatan pengembangan startup, ide bisnis yang belum berkembang hingga jaringan mentor yang masih terbatas.

Fenomena inilah yang mendorong Venture Capital (VC) global tahap awal Antler untuk mengadopsi pendekatan "Day Zero" dalam berinvestasi seperti tertulis dalam keterangan pers Antler yang diterima di Jakarta pada Selasa.

Berbeda dengan VC tradisional dan akselerator yang berfokus mendukung startup yang sudah mapan, Antler ingin berinvestasi kepada para founder sejak awal perjalanan entrepreneurship mereka.

Baca juga: Startup Aruna dukung peningkatan kesejahteraan nelayan di Biak

Hal ini jugalah yang menginspirasi pemilihan nama “Day Zero” atau hari pertama yang melambangkan awal perjalanan usaha dari sebuah startup.

Cerminan pendekatan Antler kepada para startup ini terlihat dari dukungan-dukungan seperti mempertemukan para founder dengan co-founder potensial, memberikan pendanaan pre-seed untuk startup terpilih, menghadirkan mentor berupa entrepreneur berpengalaman, dan membuka akses ke jaringan kemitraan dan penasehat atau advisor global.

Partner Antler, Agung Bezharie Hadinegoro, yang sebelumnya telah membantu modernisasi 500.000 warung Indonesia melalui Warung Pintar Group, melihat Indonesia sebagai ladang yang menjanjikan untuk melahirkan banyak founder startup tangguh.

Para founder di Indonesia dianggap mampu mengatasi berbagai tantangan yang ada di dalam negeri. Ia sendiri telah melalui tantangan tersebut secara langsung, mulai dari harus beradaptasi dengan perkembangan infrastruktur, perubahan regulasi, pergeseran perilaku konsumen yang dinamis, serta digitalisasi di berbagai sektor industri.

“Talenta lokal Indonesia bisa dibilang sangat membanggakan. Namun demikian, para founder ini masih membutuhkan bimbingan lebih jauh, dan mereka membutuhkan tim seperti Antler, yang mempunyai pemahaman kuat di lanskap pengembangan bisnis Indonesia. Melalui pendekatan investasi ‘Day Zero’, kami ingin mengantarkan mereka untuk naik level dari 0 ke 1, dan seterusnya," kata Agung.

Pembinaan ini sangat penting terutama karena ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.

Baca juga: Menkominfo ajak masyarakat jadi "prosumer" teknologi dukung "startup"

Ia menambahkan bahwa lanskap perkembangan startup di Indonesia didominasi oleh para founder yang mempunyai nasionalisme tinggi dan komitmen kuat untuk menciptakan dampak sosial untuk negeri.

"Semangat nasionalisme dan kontribusi sosial inilah yang membuat Indonesia melahirkan begitu banyak founder sukses. Antler memahami betul pentingnya etos nasional ini, dan bertekad untuk membantu para founder agar bisa menyumbang kontribusi yang lebih besar lagi bagi negara," imbuh Agung.

Investasi ala “Day Zero” tidak hanya memberikan dukungan materiil kepada para startup. Lebih dari itu, Antler membimbing para startup muda dengan strategis, agar mereka bisa mencapai potensi optimal.

Harapannya, dukungan ini bisa memampukan startup untuk membuka lapangan kerja baru, berkontribusi pada perkembangan ekonomi, serta mendorong kemajuan dan adopsi teknologi yang lebih canggih.

Sejak berdiri pada tahun 2018, Antler telah berinvestasi kepada lebih dari 850 startup di seluruh dunia, yang telah menghasilkan lebih dari 6.000 lapangan kerja baru dan berkontribusi lebih dari 242 juta dolar pada PDB tahunan.

Baca juga: PLN Group rangkul enam startup kembangkan bisnis non kelistrikan

Pendaftaran baru

Venture Capital global Antler mengundang semua founder yang baru memulai perjalanan entrepreneurship-nya, serta semua startup yang sedang mencari pendanaan baru di Indonesia, untuk berpartisipasi dalam gelombang pendaftaran di bulan Oktober 2023.

Partisipan terpilih akan menjalani program intensif selama 10 minggu, untuk mendalami proses pengembangan bisnis yang optimal.

Agung menambahkan, Antler berharap dapat menjaring para founder yang memiliki gagasan solid, komitmen tinggi untuk mengubah gagasan tersebut menjadi kenyataan, dan kesiapan untuk berkolaborasi dan belajar dari jaringan global mentor, investor, dan sesama founder.

"Kami selalu mengapresiasi beragam solusi yang inovatif dan efektif. Kami ingin melihat bagaimana pandangan unik dari setiap founder bisa berkontribusi pada kesuksesan bisnis mereka, dan pada komunitas startup secara lebih luas,” katanya.

Ke depannya, Antler berencana untuk berinvestasi pada 30 startup di Indonesia pada tahun 2023. Investasi ini akan tersebar ke berbagai sektor, dengan prioritas khusus untuk sektor teknologi kesehatan (health-tech), teknologi pendidikan edutech), brand Direct to Consumer (D2C), teknologi finansial (fintech), software-as-a-service (SaaS), serta startup yang bergerak di upaya pemberdayaan UKM dan keberlanjutan lingkungan.

Sejauh ini, Antler memiliki 34 perusahaan portofolio di Indonesia, sebagian di antaranya telah didampingi sejak tahap paling awal (Day Zero).

Beberapa startup yang didukung oleh Antler antara lain: Academix di sektor Edtech; Agri Sparta di sektor Food and Agri Tech; Carenow+ di sekor health-tech; Geekzwolf di bidang Web3, dan Habaku sebagai SaaS.

Baca juga: Antler dukung pengembangan 30 startup Indonesia di 2023

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023