Moskow (ANTARA) - Perlombaan untuk mengeksplorasi sumber daya Bulan telah dimulai dan Rusia harus tetap menjadi peserta meski mengalami kegagalan dalam misi pendaratan pertama dalam 74 tahun ke satelit Bumi itu, kata badan antariksa Rusia Roskosmos, Senin (21/8).

Pesawat ruang angkasa Luna-25 berputar di luar kendali dan jatuh ke Bulan pada Sabtu (19/8) setelah mengalami masalah teknis dalam persiapan mengorbit sebelum pendaratan, yang menegaskan kemunduran program luar angkasa Rusia pasca-Soviet.

Kepala Roskosmos Yury Borisov, yang tampak murung saat diwawancarai stasiun TV pemerintah Russia-24, mengatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen pada eksplorasi Bulan sebagai kepentingan nasional Rusia yang sangat penting.

"Ini bukan hanya soal prestise negara dan pencapaian beberapa tujuan geopolitik. Ini tentang memastikan kemampuan pertahanan dan meraih kedaulatan teknologi," katanya dalam komentar pertama kepada publik setelah misi tersebut dibatalkan.

"Saat ini, hal itu juga memiliki nilai praktis karena tentu perlombaan untuk mengembangkan sumber daya alam di Bulan telah dimulai. Dan di masa depan, Bulan akan menjadi landasan untuk eksplorasi luar angkasa, sebuah landasan yang ideal," lanjutnya.

Rusia mengatakan akan kembali meluncurkan misi ke Bulan, kemudian menjajaki kemungkinan menjalankan misi berawak gabungan Rusia-China dan bahkan pangkalan di Bulan. NASA telah berbicara tentang "demam emas di Bulan" dan mengeksplorasi potensi penambangan di Bulan.

Amerika Serikat pada 2020 mengumumkan bahwa Perjanjian Artemis --diambil dari nama program Bulan Artemis milik NASA-- bertujuan untuk melanjutkan hukum antariksa internasional yang sudah ada dengan menetapkan "zona aman" di Bulan. Rusia dan China belum bergabung dalam perjanjian tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: India di ambang wujudkan pendaratan di Bulan
Baca juga: Pesawat luar angkasa Rusia Luna-25 menabrak Bulan

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023