Loke kepada pers secara daring di Kuala Lumpur, Selasa, mengatakan awalnya analisa data dari CVR dilakukan di Malaysia, namun karena CVR dalam kondisi rusak parah di bagian luar sehingga tidak dapat diproses di laboratorium dalam negeri.
Menurut dia, sempat ada rencana untuk mendatangkan peralatan yang dibutuhkan ke Malaysia, namun akan membutuhkan waktu berbulan-bulan.
“Kita tidak boleh tunggu berbulan-bulan. Jadi saya beri arahan kepada BSKU (Biro Investigasi Kecelakaan Udara) untuk terbang ke Singapura malam itu juga (Sabtu, 19/8),” kata dia.
“Pagi tadi saya mendapat laporan dari Kepala BSKU bahwa laboratorium di Singapura tidak dapat keluarkan voice recorder tersebut. Jadi ada beberapa isu teknis, ada kendala yang tidak memungkinkan atau tidak dapat mengeluarkan rekaman tersebut,” ujar Loke.
Karenanya, ia mengatakan perlu mengirimkan CVR tersebut ke manufaktur pesawat Beechcraft Model 390 (Premier 1) di Florida, AS, untuk dapat mengambil data rekaman agar dapat dianalisa dan mengetahui pasti penyebab jatuhnya pesawat.
Hal yang paling kritikal untuk saat ini, kata Loke, mendapatkan data CVR tersebut. Biaya tidak menjadi isu bagi pemerintah, sebab itu sudah menjadi tanggung jawab dan hakiki.
Setidaknya 10 korban meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat bernomor N28JV yang terjadi di Selangor pekan lalu, enam di antaranya merupakan penumpang, dua pilot dan dua pengguna jalan raya.
Baca juga: Pemerintah Malaysia minta warga serahkan video pesawat jatuh di Elmina
Baca juga: Autopsi 10 korban pesawat jatuh di Selangor selesai, tunggu hasil DNA
Baca juga: Malaysia nyatakan 10 meninggal akibat pesawat jatuh di Selangor
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023
