Suva (ANTARA) - Beberapa pemimpin negara Pasifik mengecam keputusan Jepang untuk memulai proses pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang lumpuh ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8).

Menurut sejumlah laporan media, Menteri Luar Negeri Vanuatu Matai Seremaiah mengatakan keputusan Jepang membutuhkan tindakan tegas, seraya mendesak para pelaku pencemaran untuk "secara serius mempertimbangkan opsi lain."

Para pemimpin dari Vanuatu, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Fiji, dan partai berkuasa di Kaledonia Baru, yang merupakan anggota organisasi internasional Melanesian Spearhead Group (MSG), bertemu di Port Vila, ibu kota Vanuatu, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin MSG ke-22.

Seremaiah mengatakan mereka mendorong dilakukannya penyampaian deklarasi bagi seluruh kelompok MSG guna mencegah Jepang membuang apa pun ke Samudra Pasifik sampai mereka benar-benar yakin bahwa tidak ada bahaya yang mengintai.

Diguncang gempa bumi dahsyat yang disusul tsunami pada Maret 2011, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kerusakan inti dan menghasilkan sejumlah besar air yang tercemar zat radioaktif dari upaya pendinginan bahan bakar nuklir.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023