Kota Bogor (ANTARA) - South ASEAN Minister Education Organizatio (SEAMEO) Biotrop terus berupaya memperkuat empat dimensi ketahanan pangan yang diimplementasikan di Indonesia bahkan bisa diperluas di ASEAN.

Kepala seksi observatorium bumi dan seksi perubahan SEAMEO Biotrop Dr Harry Imantho kepada ANTARA di Kota Bogor, Jumat, mengatakan menariknya dari tema ASEAN Presidensi terkait ASEAN meter, pusat pertumbuhan tentu ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi atau sentra-sentra ekonomi, keunggulan yang ada di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara.

"Tentunya pertumbuhan ekonomi ini juga berlandaskan pada yang berorientasi pada lingkungan biodiversitas. Kalau kita lihat dari elemen yang juga di spesifikasi, Indonesia maupun di kawasan ASEAN, kekayaan SDA dan SDM tentu modal besar untuk ketahanan pangan di kawasan Asia Tenggara," ungkapnya.

Menurut Dr Harry, kalau dilihat dari dimensi ketahanan pangan ada empat dimensi, pertama adalah ketersediaan, kedua aksesibiiltas, ketiga adalah stabilitas dan keempat adalah utilisasi dari pangan yang berkualitas dan sehat.

Peran dari Biotrop (biologi tropika), kata dia, untuk setiap dimensi ini tentu sudah banyak dan sudah terlibat di dalamnya.

Contoh dalam konteks ketersediaan pangan, ada kegiatan Biotrop yang mendukung untuk intensifikasi maupun diversifikasi pangan.

"Misalnya produksi rumput laut, di Indonesia kita pionirnya, bahkan mungkin di Asia Tenggara, kita pionir dalam pengembangan rumput laut berbasis kultur jaringan," ujarnya.

Dr Harry menyampaikan bahwa kultur jaringan merupakan satu teknologi yang harus diadopsi dalam konteks ketahanan pangan.

Setiap negara sudah tidak bisa lagi menyandarkan pada praktik-praktik normal, mengandalkan penyediaan bibit secara alami, melainkan harus adopsi teknologi untuk produksi massal seperti kultur jaringan ini.

Kemudian dari sisi aksesibiiltas, stabilitas, Biotrop juga berkontribusi dalam penelitian-penelitian walaupun lingkupnya masih nasional.

"Salah satunya di laboratorium kami, pemanfaatan GIS remot sensing itu kita gunakan untuk memprosfeksi atau memprediksi umur tanam padi," katanya.

Dr Hary mencontohkan, citra satelit yang direkam pada tanggal tertentu, misalkan hari ini di Jawa Barat ada sawah berapa luas dan dapat dilihat distribusi umurnya akan berbeda-beda karena menanam padi tidak akan bersamaan, walau dalam satu desa pun.

Sehingga, kata dia, berdasarkan umur tersebut bisa diprediksi kapan panennnya dan di manakah panen raya akan terjadi. Demikian aksesibilitas oleh peran Biotrop dengan berikan informasi. prediksi.

Kemudian mengenai bagaimana kontribusi Biotrop dalam stabilitas pangan adalah dari proyeksi luas panen itu juga dapat memprediksi potensi produksi.

Dia menerangkan, hasil penelitian yang dilakukan Biotrop pada sentra padi di Jawa Barat pada tahun 2020 sampai tahun 2022 sudah melakukan kajian dan sudah kembangkan model untuk memprediksi itu, sehingga dengan bisa melihat atau memprosfeksi bisa menghitung kecukupan pangan

"Kan mudah saja, jumlah penduduk di Jawa Barat berapa? kalikan per kapitanya, katakan 100 kg per kapita per tahun, maka kita tinggal membandingkan, berapa produksi di Jawa Barat dalam satu tahun, bandingkan dengan konsumsi, mana yang lebih besar. Kalau produksi lebih besar dari konsumsi berarti stabilitas terjamin," jelasnya.

Dr Harry mengungkapkan, sebaliknya, yang jadi masalah adalah ketika konsumsi lebih besar dari produksi, ini tentu menjadi antisipasi bagi pemerintah, keputusan impor harus diambil kan gitu ya untuk menjaga stabilitas.

Kemudian terkait utilisasi, di Biotrop ada laboratorium hama gudang antopologi, untuk komoditas pangan contohnya, jika kualitas pangan tidak dijaga, maka terserang hama gudang akan turun, sehingga utilisasi akan terganggu.

Dan juga ada laboratorium mikrobiologi. Para peneliti melakukan kajian bagaimana patogen-patogen berpengaruh pada kualitas komoditas pangan seperti jagung, kedelai, padi dan terutama kacang-kacangan.

Baca juga: SEAMEO Biotrop perkuat kajian edukasi biodiversitas se-ASEAN

Baca juga: SEAMEO Biotrop: biodiversitas ASEAN bisa jadi kekuatan ekonomi dunia

 

Pewarta: Linna Susanti
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023