Seoul (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Korea Selatan (Korsel) Han Duk-soo pada Kamis (24/8) mengatakan negaranya akan tetap memberlakukan larangan impor produk perikanan Jepang, yang disampaikannya dalam pidato setelah Jepang memulai proses pembuangan air limbah terkontaminasi nuklir ke laut pada hari yang sama.

Dalam pidato yang disiarkan secara nasional di televisi tersebut, Han mengatakan bahwa pemerintah Korsel akan dengan tegas mempertahankan pembatasan impor produk perikanan Jepang.

Ia menekankan bahwa kekhawatiran masyarakat Korsel mengenai pelonggaran atau pencabutan pembatasan impor boga bahari (seafood) Jepang tidak akan pernah terjadi.

"Seoul telah melarang impor seluruh produk perikanan dari delapan prefektur di Jepang, termasuk Fukushima, serta 27 produk pertanian dari 15 prefektur lainnya, sedangkan semua makanan yang diimpor dari wilayah Jepang lainnya telah diuji radioaktivitasnya secara menyeluruh," tutur Han.
 
   Han mengungkapkan bahwa pembatasan impor diberlakukan untuk melindungi masyarakat Korsel dari material radioaktif setelah kecelakaan nuklir yang terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi pada Maret 2011.


Lebih lanjut dikatakan Han, Jepang harus secara ketat mematuhi standar ilmiah dan secara transparan memberikan informasi seperti yang dijanjikan kepada masyarakat internasional.

Ia sekaligus mendesak Tokyo untuk secara transparan dan bertanggung jawab memberikan informasi yang relevan kepada Korsel mengenai pembuangan air limbah terkontaminasi nuklir yang akan terus berlanjut selama 30 tahun ke depan.

Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator PLTN Fukushima Daiichi, sebelumnya pada hari itu mengatakan bahwa pihaknya memulai proses pembuangan air limbah radioaktif gelombang pertama dari PLTN yang lumpuh tersebut ke Samudra Pasifik.

Diguncang gempa dahsyat dan dihantam gelombang tsunami yang terjadi pada Maret 2011, PLTN Fukushima mengalami kerusakan inti (meltdown) dan menghasilkan sejumlah besar air yang tercemar zat radioaktif dari upaya pendinginan bahan bakar nuklir tersebut.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023