Jakarta (ANTARA) - Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Sulaeman Tanjung memastikan ormas terbesar di Indonesia ini tetap menjaga jarak dengan partai politik.

“Arahan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sangat jelas, tidak pernah mempermasalahkan PKB, cuma ingin menjaga jarak,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Dia menjelaskan hasil Survei Kompas menyebutkan bahwa suara warga NU terbagi merata di semua partai politik. Bahkan warga NU terbanyak ternyata mencoblos PDI Perjuangan, kemudian Gerindra di urutan kedua dan Partai Golkar. Baru mencoblos PKB di urutan keempat.

“Jadi NU itu tidak hanya milik PKB. Buktinya yang paling banyak dipilih warga NU adalah PDI Perjuangan, bukan PKB. Jadi PBNU akan tetap menjaga jarak dengan semua partai politik, tidak ada perlakuan istimewa,” katanya.

Sulaeman membantah pernyataan pengamat politik Fahry Ali yang disampaikan di sebuah stasiun televisi yang menyebut bahwa pernyataan apa pun dari Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf tidak berpengaruh pada PKB.

Baca juga: PKB harap bergabungnya PAN-Golkar bawa kemajuan bagi Indonesia
Baca juga: PKB tetap usulkan Muhaimin sebagai cawapres


“Jadi Gus Yahya itu tidak pernah mempermasalahkan PKB. Hanya yang beliau sesalkan itu ternyata pemilih PKB sendiri ogah sama Muhaimin. Ini kan fakta, survei Kompas PKB 7 persen dan Muhaimin hanya 0,4. Kan jomplang,” ujarnya.

Dengan elektabilitas Muhaimin yang jauh di bawah PKB, kata dia, bisa diartikan bahwa yang tidak memiliki pengaruh pada PKB sebenarnya adalah Muhaimin sendiri.

Dengan fakta ini, Sulaeman bahkan memperkirakan calon presiden yang menggandeng Muhaimin sebagai calon wakil presiden (cawapres) akan mengalami kekalahan.

“Siapa pun capresnya akan kalah jika wapresnya Muhaimin. Teorinya sederhana, wong PKB saja tidak bertanggung jawab akan rating ketua umumnya,” kata Sulaeman.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023