Beijing (ANTARA) - ASEAN dan China berupaya untuk mendorong hubungan kedua kawasan melalui kedekatan budaya Hainan sekaligus pelabuhan yang sedang dibangun di provinsi tersebut.

"Hainan punya kedekatan geografis, banyak juga orang Hainan berkunjung ke Asia Tenggara bahkan tinggal di Asia Tenggara, mereka punya kedekatan kultural yang panjang jadi sekarang Hainan menjadi 'China free port' dan dengan hal ini Hainan bisa menjadi 'pilot port' untuk menghubungkan dua kawasan," kata Sekretaris Jenderal ASEAN-China Center (ACC) Shi Zhongjun kepada ANTARA di Beijing, China pada Minggu malam (27/8).

Shi Zhongjun mengatakan hal tersebut pada sela-sela acara "Grab A Bite of the Free Trade Port – Hainan dan ASEAN Culture and Food Exchange" yang menjadi ajang perkenalan produk ASEAN dan China. Dalam acara tersebut disuguhkan berbagai makanan Hainan maupun dari negara-negara ASEAN termasuk sate ayam serta penampilan "Brokat Li" yaitu kain tradisional dari suku minoritas Li di Pulau Hainan.

Hainan terletak di wilayah paling selatan China. Provinsi beriklim tropis tersebut berbentuk pulau yang hanya seluas sekitar 33.210 kilometer persegi yang berbatasan dengan Vietnam.

Menurut Zhongjun, selama beberapa dekade hubungan ASEAN-China berkembang pesat dan terus mempertahankan momentumnya yang kuat dan menjadi contoh sukses dan dinamis di kawasan.

"Sejak awal tahun ini, kita telah menyaksikan pencapaian baru dalam pertumbuhan hubungan kedua kawasan. Dalam tujuh bulan pertama, nilai total perdagangan bilateral mencapai 519 miliar dolar AS dan nilai total diperkirakan akan mencapai 1 triliun dolar AS pada tahun ini, berkat berlakunya RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) secara penuh dan percepatan pembangunan China-ASEAN FTA 3.0," tambah Zhongjun.
Sejumlah kain brokat Li yang masih dibuat secara tradisional dari etnis minoritas Li dari pulau Hainan ditampilkan dalam acara "Grab A Bite of the Free Trade Port – Hainan dan ASEAN Culture and Food Exchange" di Beijing, China pada Minggu (27/8) malam. (ANTARA/Desca Lidya Natalia)


Zhongjun menyebut program pendidikan, acara kebudayaan, dan inisiatif pariwisata berada dalam tahap pemulihan yang kuat pasca pandemi sehingga memfasilitasi pemahaman, apresiasi dan persahabatan yang lebih besar antara ASEAN dan China.

"Dengan kedekatan geografis dan kedekatan budaya, Hainan berada di garis depan di China dalam berinteraksi dengan ASEAN. ASEAN menjadi mitra dagang terbesar Hainan pada tahun 2022. Dengan latar belakang kuatnya pertumbuhan kerja sama ASEAN-China, kami percaya bahwa Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan akan memanfaatkan sepenuhnya keunggulan geografis dan keterbukaan serta memainkan peran penting dalam memajukan pertukaran dan perdagangan," jelas Zhongjun.

China memang diketahui sedang membangun Pelabuhan Hainan yang direncanakan menjadi pelabuhan perdagangan bebas terbesar di dunia pada 2035 karena akan memiliki rezim "custom" sendiri pada 2025. Melalui Hainan, turis dari China maupun negara lain dapat masuk ke Vietnam, Kamboja, Indonesia hingga Singapura dan berbelanja di toko "free-duty" maksimal hingga 100 ribu yuan (sekitar Rp215 juta).

Sementara Koordinator Fungsi Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing Irwansyah Mukhlis dalam acara yang sama mengatakan melalui Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023, ASEAN akan terus berkontribusi terhadap perdamaian dan kemakmuran di kawasan.

"Karena pelabuhan memainkan peran penting dalam perdagangan global, lebih banyak pertukaran dan diskusi, pertukaran praktik terbaik antar pelabuhan perdagangan bebas di kawasan ini harus lebih didorong. Lebih jauh lagi, peningkatan konektivitas antar pelabuhan juga sangat penting bagi pengembangan perdagangan bebas di kawasan," ungkap Irwansyah.

Baca juga: Konjen Tiongkok kenalkan Hainan lewat pertunjukan seni di Bali
Baca juga: Peternakan laut cerdas bantu modernisasi sektor perikanan Hainan
Baca juga: Penjualan bebas bea lepas pantai Hainan lampaui 130 miliar yuan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023