Boston, Massachusetts (ANTARA News) - Polisi berusaha mendapatkan jawaban dari Dzhokhar Tsarnaev, tersangka bom Maraton Boston yang masih hidup, di tengah kabar bahwa dia hanya bisa menjawab dengan tulisan karena luka pada lehernya.

Media melaporkan bahwa luka pada leher Dzhokhar ini menunjukkan tersangka utama bom Maraton Boston itu mencoba bunuh diri.

Bersama kakaknya Tamerlan, Dzhokhar 
diburu polisi menyusul pemboman itu.  Seorang polisi tewas dan seorang lainnya luka parah akibat perburuan itu, sedangkan Tamerlan (26) akhirnya terbunuh, sementara Dzhokhar kabur untuk memicu perburuan besar-besaran polisi hingga kota Boston pun ditutup sementara.

Kepala Kepolisian Boston Ed Davis mengatakan FBI akan membuka kembali Lapangan Copley yang adalah area di mana ledakan bom terjadi di garis finish lomba Maraton Boston.

Berbicara dalam program "Face the Nation" di jaringan televisi CBS, Davis menyebut Tsarnaev bersaudara waktu itu sudah bersiap melancarkan serangan lainnya, di luar bom Maraton Boston.

"Mereka punya banyak IED," kata Davis merujuk bahan peledak buatan sendiri (  improvised explosive device atau IED). "Mereka punya granat tangan buatan sendiri yang mereka lemparkan ke para petugas.

"Tempat kejadian perkara dipenuhi bahan-bahan peledak buatan sendiri yang gagal meledak yang sudah kami peringatkan kepada para petugas yang berdatangan dan mengurung area itu," kata Davis.

Dia mengungkapkan sebuah IED ditemukan dalam sebuah SUV Mercedes yang ditinggalkan dua bersaudara itu. "Ini bahaya sekali," katanya seperti dilaporkan AFP.

Davis menerangkan pihak berwenang tengah menelusuri bagaimana dan di mana kedua bersaudara itu mendapatkan senjata dan bahan peledak.

Sementara hak hukum tersangka kini menjadi bahan perdebatan nasional di AS setelah para senator kubu Republik meminta status hukum mereka disamakan dengan status para tahanan tersangka pelaku terorisme di penjara Guantanamo.

Tapi Senator Lindsey Graham mengoreksi pernyataannya dengan mengatakan Dzhokhar harus diadili di peradilan sipil, bukan peradilan militer.

Sementara yang lain menilai, mengingat Dzhokhar adalah warga naturalisasi AS dan pihak berwenang sendiri tak bisa menemukan bukti keterkaitannya dengan kelompok teroris, maka dia mesti diadili di pengadilan sipil.

Lalu, para wakil rakyat AS menanyakan mengapa pihak berwenang tidak curiga pada Tamerlan yang mungkin teradikalisasi atau dilatih di Kaukasus, Rusia, dan bahkan sempat ditanyai pemerintah Rusia pada 2011.  Tamerlan tinggal selama enam bulan di daerah itu tahun lalu.

"Jelas, sesuatu telah terjadi dalam penilaian saya selama jangka waktu enam bulan itu...saya sungguh perihatin," kata Kepala Komisi Keamanan Dalam Negeri Kongres Michael McCaul dalam acara "State of the Union" di CNN.

Graham mengatakan adalah keliru membiarkan Tamerlan tidak masuk radar pihak berwenang. "Saya tak tahu apakah hukum kita yang tak mampu menjangkau atau FBI yang gagal," kata dia seperti dikutip AFP.

Keluarga Tsarnaev datang ke Amerika Serikat dari negara pecahan Uni Soviet, Kyrgyzstan, sekitar tahun 2002.

Dzhokhar menjadi warga negara AS pada 2012, sedangkan aplikasi kewarganegaraan kakaknya ditangguhkan.

Tamerlan menjadi sering memposting video-video militan di jejaring media sosial pada tahun-tahun belakangan ini, dan mengunjungi Dagestan yang berbatasan dengan Chechnya, pada 2012. Kedua wilayah di Rusia ini adalah basis para pemberontak separatis Rusia.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013