...ini adalah jebakan, perintah politik, sebuah aksi panggung Hollywood...
Moskow (ANTARA News) - Ayah tersangka pembom Boston dalam wawancara pada Senin menegaskan bahwa kedua anaknya, Tamerlan dan Dzhokhar, tidak bersalah dan kemungkinan dijebak FBI--yang mengintai mereka sejak lama.

"Mereka hanya ingin menempatkan Tamerlan dan Dzhokhar sebagai orang pada waktu dan tempat yang salah," kata Anzor Tsarnaev ketika dihubungi lewat telepon oleh harian "Komsomolskaya Pravda" di Rusia.

Anzor mengatakan sebelum dituduh sebagai tersangka pembom, rencana kedua anaknya adalah kembali bekerja di Rusia.

Selain itu, Anzor berharap bisa pergi ke Amerika Serikat untuk menemui anaknya yang sedang menjalani rawat inap setelah ditangkap dengan kondisi luka serius.

"Saya hanya mendapat informasi dari televisi, kami berencana untuk pergi dan menemui mereka di AS jika Allah mengizinkan," katanya.

Menurut Anzor, kedua putranya sedang belajar dan bekerja di AS. Anzor mengatakan putra pertamanya Tamerlan sempat berbicara dengannya lewat telepon pasca-pengeboman terjadi. Saat itu, Tamerlan mengaku menerima telepon dari polisi yang mengatakan dirinya adalah tersangka.

"Tamerlan sedang mengantar Dzhokhar ke sekolah ketika polisi mulai menembaki mereka, ini adalah jebakan, perintah politik, sebuah aksi panggung Hollywood," katanya.

Semasa tinggal di AS, kata Anzor, Tamerlan sempat beberapa kali berganti pekerjaan mulai dari menjadi kurir surat, pelatih tinju, dan yang terakhir pengasuh bayi.

"Dia tinggal di rumah bersama anaknya yang berusia tiga tahun, sementara istrinya bekerja. Dia juga bekerja sampingan sebagai pengasuh orang dengan disabilitas," katanya.

Tamerlan terakhir kali berada di Rusia pada Januari untuk memperpanjang paspornya seiring usianya yang bertambah menjadi 25 tahun. Namun, tampaknya maksud Anzor adalah Januari 2012 karena Tamerlan berusia 26 tahun pada tahun ini.

"Dia tidak ingin pergi, sebenarnya dia ingin membawa keluarganya ke sini. Dia tidak suka berada di sana, meskipun dia adalah petinju yang cukup terkenal di Boston," kata Anzor.

Anzor juga membantah jika Tamerlan memiliki keyakinan Islam yang radikal.

"Tamerlan baru relijius setelah menikah, dia menunaikan salat Jumat, salat lima waktu. Dia muslim yang taat, sehingga tidak mungkin melakukan kejahatan yang dituduhkan kepadanya," katanya.

Anaknya yang lain, Dzhokhar, adalah mahasiswa teladan di Cambridge. Dia bekerja sebagai penyelamat di kolam renang. Kepada ayahnya Dzhokhar mengaku memiliki rencana besar seperti menjadi dokter, membuka bisnis dan pulang ke negara asalnya.

"Ayah, jangan khawatir, begitu selesai sekolah aku akan pulang dan membantumu," kata Dzhokhar seperti ditirukan Anzor.

(P012)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013