Nairobi (ANTARA) - Negara-negara rapuh dan terdampak konflik di Afrika menjadi pihak yang paling dirugikan oleh perubahan iklim, demikian menurut Dana Moneter Internasional (IMF) dalam sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (30/8) waktu setempat.

Menurut laporan IMF tentang Tantangan Iklim di Negara-Negara Rapuh dan Terdampak Konflik, meskipun negara-negara rapuh di Afrika berkontribusi paling kecil terhadap perubahan iklim, mereka cenderung menanggung dampak yang lebih besar akibat banjir, kekeringan, badai, dan guncangan iklim lainnya dibandingkan negara-negara yang lebih stabil.

"Setiap tahun, jumlah orang yang terdampak bencana alam di negara-negara rapuh terhitung tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan di negara-negara lain," kata laporan tersebut.

Temuan ini mengindikasikan bahwa di negara-negara rapuh, kerentanan iklim yang berpadu dengan konflik, ketergantungan tinggi terhadap pertanian tadah hujan, serta minimnya kapasitas akan saling memperburuk satu sama lain, yang pada gilirannya akan memperbesar dampak negatif pada masyarakat dan perekonomian.
 
   Seorang pengungsi berjalan di dekat kamp Baidoa di Somalia, pada 20 Januari 2023. (Foto oleh Abdi/Xinhua)



Menurut IMF, negara-negara rapuh cenderung menanggung kerugian yang lebih besar di tengah guncangan iklim akibat minimnya sarana keuangan.

Laporan tersebut menekankan bahwa dukungan keuangan yang berkelanjutan dari mitra-mitra pembangunan internasional diperlukan demi menghindari memburuknya kelaparan dan konflik yang dapat memaksa warga mengungsi dan bermigrasi.

IMF mendesak negara-negara Afrika yang rapuh agar menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi respons segera terhadap guncangan perubahan iklim melalui berbagai langkah, seperti membangun penyangga fiskal dan cadangan devisa internasional serta memperkuat jaring pengaman sosial.

IMF mengatakan bahwa pihaknya sedang meningkatkan dukungan kepada negara-negara Afrika yang rapuh untuk membuat mereka mampu menghadapi tantangan perubahan iklim melalui saran kebijakan, pendanaan, dan pengembangan kapasitas yang disesuaikan secara cermat. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023