Melalui kerja sama ini, industri dalam negeri akan tumbuh dan ekspor kendaraan listrik akan dipastikan melonjak
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan bersama delegasi Vingroup/VinFast Vietnam membahas tentang peluang kerja sama dan investasi antara Indonesia dan Vietnam di bidang kendaraan listrik (EV).

Zulkifli mengatakan, Indonesia terbuka untuk kerja sama dan kolaborasi dengan negara-negara mitra untuk pengembangan kendaraan listrik, termasuk peningkatan infrastruktur dan pengisian daya, menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif, serta mengoptimalkan produksi dan penggunaan sumber daya berkelanjutan.

"Melalui kerja sama ini, industri dalam negeri akan tumbuh dan ekspor kendaraan listrik akan dipastikan melonjak," ujar Zulkifli melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Mendag menyambut baik rencana VinFast untuk mendirikan perusahaan manufaktur kendaraan listrik di Indonesia. Menurut dia, ini merupakan langkah tepat karena Indonesia dan Vietnam adalah negara ASEAN dengan perekonomian cukup kuat.

"Sesuai dengan tema dari ASEAN Summit dan Indonesia menjadi tuan rumah tahun ini, 'ASEAN Matters Epicentrum of Growth', ini merupakan implementasi dari kerja sama konkret, baik dalam kerangka ASEAN maupun dalam kerangka bilateral antara Indonesia dengan Vietnam," katanya.

Zulkifli menyampaikan, Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Nikel merupakan salah satu bahan baku mineral untuk baterai kendaraan bermotor listrik (KBL) selain lithium, kobalt, grafit dan mangan.

Pemerintah Indonesia sangat mendukung pengembangan KBL di Indonesia dan telah menetapkan target yang terukur untuk pengembangan, penerapan, dan penggunaan KBL di Indonesia.

"Kemendag telah menetapkan ketentuan impor baterai lithium tidak baru sebagai bahan baku industri. Hal ini bertujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan industri KBL dalam negeri," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, VinFast menyatakan keinginannya untuk membuka peluang kerja sama antara Indonesia-Vietnam di bidang kendaraan listrik. Salah satunya, dengan adanya rencana pendirian industri manufaktur mobil dan baterai di Indonesia.

Ekspor kendaraan listrik Indonesia memiliki peluang yang sangat besar. Terbukti, ekspor yang didominasi HS 87038098 ini terus mengalami tren positif dalam dua tahun terakhir (2021-2023). Pada periode Januari-Juni 2023, ekspor kendaraan listrik Indonesia mencapai 3,19 juta dolar AS.

Pada 2022, ekspor kendaraan listrik tercatat sebesar 417 ribu dolar AS dan pada 2021 tercatat sebesar 65 ribu dolar AS. Tujuan utama ekspor kendaraan listrik Indonesia yakni Thailand dengan persentase mencapai 81,5 persen dari total ekspor Indonesia, diikuti Fiji (8,6 persen), Nepal (3,81 persen), serta Hong Kong dan Jepang (1,50 persen).

Baca juga: Erick Thohir: RI terbuka terhadap peluang investasi EV ASEAN

Baca juga: RI matangkan mekanisme kerja sama ekosistem kendaraan listrik di ASEAN

Baca juga: Jokowi dan PM Vietnam bahas kerja sama pengembangan kendaraan listrik

 

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023