... malu saja kalau disuruh pakai batik impor. Sayang lah, ke depannya kita harus bisa bersaing, masa batik harus impor... "
Jakarta (ANTARA News) -  Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, malu jika untuk pakaian batik saja masyarakat Indonesia harus memakai hasil impor. Bukankah Indonesia punya segudang koleksi motif, rancangan, bahan, dan banyak lagi hal-hal terkait batik?

Dia mengemukakan hal itu menjawab pers sebelum menghadiri acara Penganugerahan Inacraft Award dalam acara Inacraft 2013 bertema Remarkable East Java di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (27/4) .

Dia saat inspeksi mendadak (Sidak) ke Pasar Tanah Abang, sesaat sebelum menuju JCC itu menyatakan dirinya merasa malu juga ketika menemukan banyak batik impor di salah satu pasar terbesar di ibukota tersebut.

"Lumayan banyak (batik impor). Saya agak malu saja kalau disuruh pakai batik impor. Sayang lah, ke depannya kita harus bisa bersaing, masa batik harus impor," katanya.

Wirjawan mengatakan, produksi batik Tanah Air seharusnya tak hanya bisa memenuhi kepentingan dalam negeri, namun harus bisa diekspor. "Cukup malu lah kalau sampai impor. Tidak ada alasan lah untuk kita tak bisa penuhi kebutuhan nasional batik dengan produk nasional," ujaranya.

Ketika menyinggung hasil sidaknya ke pasar Tanah Abang, Wirjawan mengatakan pihaknya menemukan ada pakaian-pakaian yang tidak memenuhi peraturan yang semestinya, misalnya seperti penggunaan label yang harus ada di setiap pakaian.

"Kalaupun ada label, itu pun bahasa asing, bukan bahasa Indonesia. Ini harus ditertibkan. Regulasinya itu harus gunakan label dalam bahasa Indonesia," katanya.

Mengenai acara Inacraft 2013 sendiri, dia mengatakan, jika Indonesia mengekspor bidang jasa ke luar negeri memang agak sulit, mengingat situasi pasar global saat ini.

Menurutnya produk industri kecil menengahlah yang merupakan salah satu potensi yang bisa ditingkatkan dan dikembangkan untuk bersaing ke depan. Terutama, dari industri kerajinan yang mempunyai kekuatan utama human capital. Industri kerajinan asal Indonesia sendiri mempunyai pasar ekspor negara maju seperti Jepang, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2012 ekspor kerajinan Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,5 persen dibanding 2011.

"Kerajinan Indonesia punya nilai kompetitif karena ramah lingkungan, ini unsur sangat penting untuk daya saing di pasar global yang semakin peduli dengan masalah lingkungan ini," ujarnya. (*)


Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013