Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan program Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2023 menjadi momentum untuk mendorong UMKM bisa "naik kelas" dan mewujudkan percepatan ekonomi.

"Semoga upaya untuk mendorong UMKM kita bisa 'naik kelas' dan percepatan ekonomi lewat AKI bisa terwujud," kata Ni Wayan Giri di acara Pekan Puncak AKI 2023, Jakarta, Jumat.

Ia juga berharap gelaran tersebut dapat menjadi kesempatan bertemunya pelaku UMKM dengan calon pembeli, bahkan investor, dan meningkatkan pemasaran produk.

Ni Wayan Giri menuturkan bahwa tema gelaran AKI tahun ini adalah "Collaboration Season" atau yang memiliki makna musim kolaborasi.

“Semua komponen dalam acara ini tentunya berkolaborasi, seperti pemerintah pusat dan daerah, yaitu Kemenparekraf dengan Pemda, media, serta sesama pelaku ekonomi kreatif, yaitu pihak swasta” kata Ni Wayan.

Pekan puncak AKI 2023 digelar pada 8-10 September 2023 di Senayan Park, Jakarta, dengan menampilkan produk-produk UMKM ekonomi kreatif yang telah terpilih dari 16 kabupaten/kota se-Indonesia, mulai dari kuliner, kriya, fesyen, aplikasi gim, musik, dan film.

Dalam acara tersebut, peserta dari program inkubasi dan desa kreatif Kemenparekraf ikut memamerkan produk mereka.

Salah satu UMKM yang ikut unjuk karya pada pekan puncak AKI 2023 adalah “Indang Apang”, jenama lokal asal Kalimantan Tengah yang memproduksi kriya bermotif anyaman khas Dayak dari bahan rotan.
Produk UMKM "Indang Apang" di Pekan Puncak Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2023, Jakarta, Jumat (8/9/2023). ANTARA/Nadia Putri Rahmani
 
Jenama tersebut merupakan pemenang dari gelaran AKI 2023 di Palangka Raya, Kalteng, sehingga terpilih untuk dapat memamerkan karyanya dalam puncak acara tersebut.

Pemilik "Indang Apang", Amelia Agustina mengatakan bahwa bahan baku utama yang digunakan dalam produknya adalah rotan dan kulit sapi. Ia mendapatkan kedua bahan tersebut dari petani dan pengrajin setempat yang telah dirangkulnya menjadi mitra produksi.

Dari bahan-bahan tersebut, ia mengkreasikannya menjadi produk bernilai jual mulai dari tas, dompet, sepatu, gantungan kunci hingga gaun.

Lewat usahanya, Amelia berhasil meraup omzet Rp100-150 juta per bulan. Pembeli produknya tak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga hingga luar negeri dengan memanfaatkan jasa titip belanja.

“Saya juga ingin memberi tahu masyarakat bahwa bahan ini memiliki nilai materi. Jangan hanya untuk sekadar hobi, tetapi jadikan juga sebagai mata pencaharian utama,” kata Amelia.​​​​​​

Amelia menjelaskan keunikan produk "Indang Apang" terletak pada motif anyaman khas Dayak yang terinspirasi dari hewan ataupun peristiwa di sekitar masyarakat.

Dia mencontohkan motif Saluang Murik yang terinspirasi dari ikan saluang khas Kalimantan yang berenang ke muara.

Selain itu, lanjut Amelia, ada juga motif anyaman yang memiliki filosofi tersendiri dari sang penganyam seperti motif Mata Bilis memiliki bentuk seperti mata.

"Menurut penganyam, kalau kita meletakkan uang di tas dengan motif itu, rezeki akan ada terus," katanya.
 

Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023