Makassar (ANTARA) - Kepala BKKBN Sulsel Shodiqin mengatakan bahwa keluarga berencana (KB) untuk mengatur arak kelahiran secara sehat, bukan untuk membatasi kelahiran.
.
"Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 mengamanatkan BKKBN sebagai Koordinator Percepatan Penurunan Stunting Nasional, dimana pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan keluarga lewat pencegahan lahirnya bayi stunting baru," kata Shodiqin dalam keterangan persnya di Makassar, Senin.

Stunting, katanya, terjadi karena adanya kelahiran, sehingga perlu diatur dengan menggunakan alat kontrasepsi agar kelahiran bisa lebih sehat.

Baca juga: BKKBN Sulsel bersama Komisi IX DPR edukasi tentang bahaya stunting
.
Dia mengutarakan angka prevalensi stunting di Sulawesi Selatan masih tinggi, data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, sebesar 27,2 persen atau turun 0,2 persen dari tahun 2021 sebesar 27,4 persen.
.
"Dalam menurunkan stunting, BKKBN tidak dapat bekerja sendiri. Kami membutuhkan kerja kolaboratif bersama seluruh pihak di seluruh tingkatan wilayah, dengan keterlibatan pemerintah dan masyarakat, kita berharap target 14 persen di tahun 2024 dapat tercapai," ujar Shodiqin.
.
Shodiqin menyebutkan dalam mendukung upaya percepatan penurunan stunting, BKKBN mendorong setiap pasangan usia subur mengatur kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.
.
"Jadi, BKKBN tidak melarang melahirkan, tetapi bagaimana keluarga dapat mengatur kelahiran, dengan cara menggunakan alat kontrasepsi yang disiapkan BKKBN secara gratis, ada yang jangka pendek dan ada jangka panjang, begitu juga yang hormonal dan nonhormonal," kata Shodiqin.
.
Shodiqin menekankan untuk menghindari kehamilan berisiko "4 terlalu", yaitu terlalu muda melahirkan di bawah 20 tahun, terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun, terlalu rapat melahirkan di bawah 2 tahun, dan terlalu sering melahirkan.
.
"Salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah faktor 4 terlalu. Selain itu, pernikahan di usia dini juga berpotensi melahirkan anak stunting," kata Shodiqin.

Baca juga: Prevalensi stunting Sulsel mulai menurun, meski masih tinggi

Baca juga: Pemprov Sulsel perkuat sinergi turunkan angka stunting jadi 14 persen

.
Dalam kesempatan itu, Shodiqin menyampaikan apresiasi atas dukungan Bupati Barru dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting
.
"Pemerintah Kabupaten Barru melalui bapak bupati banyak memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan program BKKBN, salah satunya dengan mengangkat Penyuluh KB Non-PNS yang pembiayaannya melalui APBD," ujarnya.

Satu hal yang juga membanggakan adalah Barru merupakan kabupaten yang angka stuntingnya paling rendah dengan penurunan tertinggi di Sulsel, yaitu 14,1 persen.

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023