Bioaditif berfungsi untuk menyempurnakan pembakaran BBM di dalam ruang bakar mesin sehingga dapat mengurangi emisi gas buang
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan penggunaan bioaditif berbasis minyak atsiri berpotensi sebagai salah satu solusi untuk menurunkan emisi gas buang pada mesin pembakaran-dalam (internal combustion engine/ICE).

“Bioaditif berfungsi untuk menyempurnakan pembakaran BBM di dalam ruang bakar mesin sehingga dapat mengurangi emisi gas buang dengan menstabilkan kepadatan (density) dan memperbaiki atomisasi bahan bakar sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, lebih bersih, efisien dan mengurangi konsumsi BBM,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Putu menambahkan bahwa produk aditif BBM bukanlah hal baru. Pasalnya, beberapa negara seperti Jerman, Amerika dan Australia telah mengembangkan produk aditif BBM berbasis petroleum.

Indonesia pun dinilai sangat potensial untuk mengembangkan aditif BBM berbasis bahan baku organik dengan harga yang kompetitif dan berkelanjutan (sustainable).

Putu menegaskan Kemenperin telah memfasilitasi penyusunan standar mutu produk bioaditif melalui SNI Nomor 8744:2019 bioaditif berbasis minyak atsiri untuk bahan bakar motor diesel.

Baca juga: Kemenperin gandeng Korsel perkuat transformasi digital

Baca juga: Kemenperin: Bioaditif BBM minyak atsiri dukung substitusi Impor


“Ini adalah langkah penting dalam memastikan bahwa produk bioaditif berbasis minyak atsiri memenuhi standar mutu dan kompatibilitas sesuai yang ditetapkan,” kata Putu.

Ketua Perkumpulan Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Indonesia Raeti menyampaikan data hasil pengujian produk bioaditif BBM minyak atsiri oleh laboratorium pengujian (Trakindo, Petrolab dan LEMIGAS) masing-masing untuk alat berat, mesin diesel statis (genset) dan kendaraan bermotor diesel.

Hasil uji menunjukkan bahwa penggunaan bioaditif mampu menurunkan emisi karbon (COx) hingga 83,78 persen, emisi nitrogen (NOx) hingga 85,22 persen, kadar pengotor partikel (4 micron, 6 micron, dan 10 micron) hingga 80-85 persen dan penurunan kadar air (moisture) pada bahan bakar hingga 10,52 persen.

Raeti menambahkan bahwa produk Bioaditif BBM telah dikembangkan sejak tahun 1990-an dan telah dijual secara business to business sejak tahun 2006 untuk sektor industri, pertambangan, dan sektor komersial lainnya dengan kinerja yang baik.

Produk bioaditif BBM berasal dari bahan organik minyak atsiri yang 100 persen dibudidayakan oleh petani lokal dan diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.

“Penggunaan Bioaditif BBM hanya sebanyak 1 permil (1 per seribu) bagian dari volume BBM dengan cara diteteskan ke dalam tangki bahan bakar tanpa proses atau peralatan blending khusus,” kata Raeti.

Baca juga: Kemenperin gandeng Korsel perkuat transformasi digital

Baca juga: Kemenperin: Kolaborasi mempercepat adopsi EV agar masyarakat tak ragu


 

 

 

 

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023