kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai khususnya baterai NMC 811 (Nickel, Manganese, Cobalt) dalam mendukung pengembangan EV, akan terus meningkat
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan pemerintahan Presiden Jokowi mengawal pemenuhan kebutuhan nikel yang terus meningkat seiring dengan pengembangan industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Kemenperin telah menyusun peta jalan pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), yang di dalamnya menyebutkan target kuantitatif produksi KBLBB roda empat atau lebih sebesar 1 juta unit pada tahun 2035, serta KBLBB roda dua atau tiga mencapai 12 juta unit pada tahun 2035.

“Sesuai target tersebut, proyeksi kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai khususnya jenis baterai NMC 811 (Nickel, Manganese, Cobalt) dalam mendukung program pengembangan EV akan terus meningkat,” kata Agus dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Menperin menegaskan pihaknya secara aktif mendorong hilirisasi industri dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.

Sebagai gambaran, peningkatan nilai tambah dari pengolahan bijih nikel menjadi nickel matte adalah 14 kali, bila menjadi nikel murni bahan baku baterai bisa mencapai 19 kali, dan bila menjadi prekursor akan mencapai 340 kali.

Baca juga: Kemenperin cetak lulusan vokasi yang langsung terserap industri logam

Baca juga: Pemerintah lakukan penelitian menyeluruh validasi data cadangan nikel


Saat ini, pemerintah secara aktif mendorong hilirisasi industri dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.

“Sejak kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo, terus menerus (berupaya) agar semua nilai tambah tetap berada di Indonesia,” katanya.

Pembangunan industri smelter dalam rangka program hilirisasi diharapkan dapat memberikan penyediaan bahan baku yang beragam serta dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor industri lainnya.

Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga telah menerapkan berbagai kebijakan dan inisiatif untuk menarik investasi domestik dan luar negeri dalam mendorong pendirian industri baru dan perluasan industri yang ada.

Menperin menyampaikan, sebagai sektor strategis dalam perekonomian dan salah satu motor penggerak bagi subsektor industri manufaktur lainnya, industri logam terus tumbuh double digit dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, PDB sektor industri logam dasar sebesar Rp124,29 triliun rupiah atau tumbuh 14,80 persen dibanding tahun 2021.

Saat ini terdapat 38 smelter nikel stand alone yang telah beroperasi di bawah binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan nilai investasi mencapai 15,8 miliar dolar AS.

Dari 38 smelter tersebut, 35 di antaranya adalah smelter pyrometallurgy, sedangkan sisanya merupakan smelter hydrometallurgy dengan produk akhir MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Sebagai upaya memenuhi kebutuhan bahan baku serta memprioritaskan hilirisasi industri di dalam negeri, Kemenperin mengapresiasi investasi industri smelter nikel di Indonesia, salah satunya PT Mitra Murni Perkasa (MMP) yang merupakan perusahaan dengan 100 persen Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Rencana kapasitas produksi smelter nikel tersebut sebesar 27.000 MT nickel matte per tahun dan akan digunakan untuk menjadi bahan baku baterai. Smelter nikel ini dijadwalkan melakukan commissioning pada tahun 2025.

Menperin menambahkan, PT MMP akan menjadi smelter nikel kedua di Indonesia yang memproduksi nickel matte.

“Hal ini membuktikan bahwa PMDN juga mampu hadir, membangun sebuah proyek industri smelter nikel yang begitu besar, bernilai puluhan triliun rupiah, untuk mendukung industri baterai listrik nasional,” kata Agus Gumiwang.

Baca juga: Indonesia ditargetkan jadi negara industri baterai kendaraan terbesar

Baca juga: Indef: Hilirisasi nikel perlu lingkungan bisnis yang menguntungkan


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023