Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 422 peserta mengikuti sayembara desain batik haji Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Agama.

"Alhamdulillah, sampai dengan penutupan pendaftaran, total ada 422 peserta yang mendaftar Sayembara Desain Batik Haji Indonesia," ujar Direktur Pelayanan Dalam Negeri Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Saiful Mujab dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Pendaftaran sayembara desain batik haji Indonesia dibuka secara daring dari 25 Agustus hingga 6 September 2023. Rencananya desain batik yang dilombakan akan dipakai sebagai seragam resmi pelaksanaan haji 2024.

Saat ini, sayembara sudah memasuki tahap penjurian. Ada lima dewan juri yang terlibat, yaitu Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas (Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama), Yufie Safitri (Owner, Designer and Creative Director), Irna Mutiara (Fashion Designer), Monika Jufry (Creative Director), dan Komarudin Kudiya (Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia).

"Tahap berikutnya adalah penilaian oleh dewan juri. Mereka akan melakukan penilaian mulai dari originalitas desain, komposisi desain, estetika, termasuk kerumitan dalam proses produksi. Sebab, batik ini nantinya akan dibuat dalam rupa batik cap yang diproduksi oleh UMKM," katanya.

Baca juga: Kemenag sebut peran amil penting untuk optimalkan peran zakat

Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media, Komunikasi Publik, dan Teknologi Informasi Kemenag Wibowo Prasetyo mengatakan desain batik haji Indonesia yang saat ini sudah digunakan lebih dari 10 tahun.

Maka dari itu, sayembara desain batik digelar tidak semata untuk mengganti desain, tapi juga mengusung semangat baru penyelenggaraan haji di Indonesia.

"Gus Men (Yaqut Cholil Qoumas) selalu menegaskan pentingnya semangat baru dalam penyelenggaraan ibadah haji. Desain batik menjadi salah satu prosesnya dan itu harus menyuarakan terobosan. Desainnya harus lebih bagus dan lebih Indonesia," katanya.

Menurut dia, desain batik haji Indonesia harus mencirikan keindonesiaan dan menjadi identitas jamaah.

"Orang kalau melihat dari jauh, sudah bisa tahu kalau itu jamaah Indonesia. Ini juga akan memudahkan petugas saat membantu jamaah yang mendapat kendala di lapangan," katanya.

Hal senada disampaikan Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama Eny Yaqut Cholil Qoumas. Menurutnya, ada sejumlah tantangan dalam proses pergantian batik jamaah haji.

Pertama, sayembara harus dapat memberikan efek bagi peningkatan ekonomi bisnis perajin batik UMKM Indonesia

"Batik cap yang disayembarakan ini agar bisa diproduksi sebagai batik cap, tidak printing. Kita ingin sekali mengangkat perajin batik cap di manapun berada. Kita berharap batik cap bisa diproduksi secara masal dengan baik," katanya.

Kedua, kata Eny, batik haji yang sejak 10 tahun terakhir digunakan adalah batik printing (cetak)." Nah, sekarang kita ingin mengangkat perajin batik dari kalangan UMKM. Nanti yang produksi juga para perajin," katanya.

Namun pemilihan batik cap ini bukannya tanpa kendala. Menurut Eny, apabila diproduksi dengan cap, batik berpotensi tidak sama persis. Ini menjadi tantangan dalam proses produksi agar hasilnya nanti bisa relatif sama.

"Monitoring berkelanjutan diperlukan. Proses produksinya harus dikawal agar hasilnya sama," katanya.

Baca juga: 10.300 orang lolos hasil optimalisasi PPPK Kemenag

Baca juga: Nama Isa Al Masih diusulkan jadi Yesus Kristus di hari libur nasional

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023