Untuk tahap awal 4 juta dosis dulu yang akan disebar, khususnya untuk peternak itik di sekitar Jawa,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian (Kementan) siap menyebarkan vaksin flu burung jenis H5N1 clade 2.3.2 pada 8 Mei 2013 ke berbagai daerah untuk mengantisipasi mewabahnya penyakit yang menyerang unggas tersebut.

"Untuk tahap awal 4 juta dosis dulu yang akan disebar, khususnya untuk peternak itik di sekitar Jawa," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Irwantoro di Jakarta, Kamis.

Menurut dia vaksin ini merupakan produksi Pusat Veteriner Masyarakat (Pusvetma).

Dia menyatakan, awalnya vaksin tersebut akan didistribusikan pada 19 Maret lalu, namun, karena proses tes dan laboraturium yang cukup panjang, akhirnya pada 8 Mei mendatang.

Hingga saat ini, tambahnya, sebanyak 450 ekor itik mati di 14 provinsi karena terinfeksi flu burung H5N1 clade 2.3.2.

Namun menurut Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade M Zulkarnaen, dalam beberapa bulan terakhir, peternak sudah tidak ada keluhan lagi.

"Para peternak sudah melakukan biosecurity terhadap hewan mereka. Sosialisasi Biosecurity merupakan hal yang penting," katanya.

Menurut dia, akibat dari flu burung, peternak itik mengalami kerugian Rp17,5 miliar yang mana angka tersebut dihitung dari kematian itik sejak akhir 2012 hingga saat ini.

Selain itu, lanjutnya, peternak juga terancam merugi hingga Rp147 miliar akibat potensi kehilangan telur

Sebelumnya Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, kejadian wabah H7N9 di China mengingatkan pada wabah flu burung H5N1 yang terjadi di Indonesia pada 2003 dan menyebabkan kematian jutaan ekor unggas bahkan manusia pada 2005 hingga 2011.

Selain itu, lanjutnya, juga mengingatkan pada wabah flu burung H5N1 Clade 2.3.2 pada itik antara bulan Oktober-Desember 2012.

Haryono menyatakan, sampai saat ini belum ada bukti penularan virus H7N9 dari manusia ke manusia. Namun, ia memastikan bahwa karakteristik virus H7N9 sangat berbeda dengan virus flu burung yang pernah terjadi di Indonesia H5N1.

Menurut dia, Virus H7N9 pada unggas tidak mengakibatkan kematian tinggi sehingga tidak menyebabkan kepanikan para peternak unggas, sangat berbeda dengan virus H5N1 yang menimbulkan kematian pada unggas, sehingga kejadian penyakit dilaporkan secara cepat.

"H5N1 sangat mematikan pada unggas, sementara H7N9 tidak mematikan pada unggas, meskipun sama-sama bersifat zoonosis," ujarnya.
(S025/B008)

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013