Pertumbuhan terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Air.
Tanjung Selor (ANTARA) - Perekonomian Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) triwulan II-2023 dibanding triwulan II-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 4,13 persen, berdasarkan hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS).

“Pertumbuhan terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Air,” kata Kepala BPS Kabupaten Nunukan Muryanto, di Nunukan, Kamis.

Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 25,77 persen; Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 16,13 persen; Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,00 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,91 persen; Jasa Lainnya sebesar 7,78 persen, serta Konstruksi sebesar 7,33 persen.

Adapun ekonomi Kabupaten Nunukan pada triwulan II-2023 juga mengalami pertumbuhan 1,98 persen dibanding triwulan satu 2023.

Pertumbuhan signifikan juga tercatat pada semester I-2023 sebesar 4,36 persen dibanding triwulan yang sama pada 2022.

Pertumbuhan semester itu terjadi pada seluruh lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 17,13 persen.

Diikuti, Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 14,18 persen; Jasa Lainnya sebesar 7,59 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,58 persen; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 6,90 persen; Transportasi dan Pergudangan sebesar 6,57 persen.

Adapun Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 5,72 persen; Konstruksi sebesar 5,48 persen; serta Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,22 persen. Sementara lapangan usaha lainnya tumbuh kurang dari lima persen.

Kepala BPS Kabupaten Nunukan menyebut dalam regional Provinsi Kaltara, perekonomian triwulan II-2023 semua kabupaten/kota mengalami pertumbuhan.

Kota Tarakan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 6,23 persen; disusul oleh Kabupaten Tana Tidung 5,62 persen; Kabupaten Malinau 4,75 persen; Kabupaten Bulungan 4,53 persen; dan Kabupaten Nunukan 4,13 persen.

Perekonomian terbesar terhadap PDRB Kaltara adalah Kota Tarakan dengan kontribusi sebesar 35,00 persen.

Selanjutnya Kabupaten Nunukan sebesar 29,22 persen; kemudian Kabupaten Bulungan sebesar 17,03 persen; Kabupaten Malinau sebesar 12,84 persen; dan Kabupaten Tana Tidung sebesar 5,91 persen.

Kabupaten Nunukan memiliki sejumlah potensi ekonomi. Pertama, sektor pertanian dengan komoditas unggulan adalah padi dan ubi kayu. Khusus untuk tanaman padi, telah didukung dengan tersedianya lahan persawahan fungsional sejak 2011 dengan irigasi mencapai 1.383 hektare.

Kabupaten Nunukan memiliki komoditas alam yang sangat potensial yaitu Beras Adan yang berasal dari Krayan.

Produksi beras Krayan bahkan berkualitas ekspor terutama ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Produksi beras di Kecamatan Krayan termasuk surplus dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Nunukan.

Hanya saja, hasil produksi tersebut harganya tidak mampu dijangkau oleh seluruh masyarakat, karena harganya yang sangat tinggi. diakibatkan oleh sulitnya akses transportasi untuk menembus lokasi di Kecamatan Krayan yang masuk kecamatan perbatasan.

Potensi padi sawah merupakan komoditas yang paling diunggulkan dari Kecamatan Krayan dibandingkan padi ladang yang potensinya hampir tidak ada.

Desa-desa seperti Berian Baru, Terang Baru, Kuala Belawit memiliki luas lahan fungsional paling besar. Jika dikaji berdasarkan peta kesesuaian lahan, maka desa-desa seperti Long Bawan, Long Nawang, Long Api, Berian Baru, Long Midang dan Kampung Baru adalah sesuai untuk pemanfaatan lahan pertanian dibandingkan desa-desa lainnya.

Sektor perkebunan juga menopang perekonomian Kabupaten Nunukan. Komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Nunukan adalah kelapa sawit. Sentra perkebunan kelapa sawit dipusatkan pada Kecamatan Sebuku, Sembakung, dan Lumbis.

Terdapat beberapa pabrik CPO yang sudah beroperasi dan peluang investasi terbuka lebar khususnya pada industri pengolahan CPO, kilang minyak goreng, biodiesel serta industri lainnya hasil turunan dari sawit yang sangat beraneka ragam.

Komoditas kakao juga potensial dan yang masih eksis berada di Pulau Sebatik, seperti Kecamatan Sebatik Barat dan Kecamatan Sebatik Tengah, mulai dari Desa Aji Kuning hingga Kampung Lordes.

Peluang investasi juga terbuka lebar pada industri pengolahan bubuk kakao, industri susu cokelat dan industri makanan lainnya yang mengandalkan bahan baku kakao.

Untuk sektor pertambangan dan penggalian, potensi batu bara Kabupaten Nunukan memiliki cadangan sebanyak 105.000.000 ton yang tersebar di Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Sembakung, dan Kecamatan Sebatik.

Adapun sektor perikanan dan kelautan, rumput laut menjadi andalan utama Kabupaten Nunukan. Daerah ini memiliki panjang garis pantai 304,87 km, luas areal pantai pulau 26.393 hektare, luas areal pantai mainland 11.141,98 hektare, jenis masa panen 42 hari, produksi rata-rata 3.000 ton per bulan.

Rumput laut Nunukan saat ini dijual dalam bentuk raw material melalui pengumpul dan dibawa ke eksportir di Makassar dan Surabaya. Dengan memperhatikan ketersediaan lahan budi daya dan produksi hasil rumput laut, maka peluang investasi industri pengolahan rumput laut memiliki prospek yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan.

Adapun potensi perikanan mencakup potensi ikan tuna yang cukup menjanjikan. Sejak beroperasinya tiga kapal bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, yaitu Kapal Inkamina I, II, dan III, produksi tangkapan tuna 2014 mencapai 10,48 ton.

Dari hasil tangkapan ini menjadikan banyak pihak swasta ikut melirik peluang potensi tuna ini, sehingga sudah ada beberapa kapal purse seine milik swasta yang ikut berpartisipasi. Wilayah penangkapan tuna adalah di perairan Kabupaten Nunukan (Laut Sulawesi).
Baca juga: Bupati Nunukan akan temui pedagang lintas batas terkait PP 34/ 2019
Baca juga: Bupati Nunukan akan fokus penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi

Pewarta: Muh. Arfan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023