Jakarta (ANTARA) - Founder Tumbuh Makna Muliadi San berpendapat perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung atraktif, mengindikasikan perekonomian Indonesia terbilang stabil dalam merespons gejolak ekonomi dunia yang terjadi belakangan.

Dia menjelaskan IHSG di bulan September cenderung mengalami koreksi. Penilaian itu berdasarkan data yang ia kumpulkan dari 2013 hingga 2022. Sementara pada Oktober, IHSG berada di zona hijau selama delapan tahun, hanya dua tahun berada di zona merah.

“Jadi probabilitasnya di Oktober IHSG itu mengalami kenaikan. Secara statistik, hal ini cukup menarik untuk pasar saham kita di sisa bulan semester II 2023,” kata Muliadi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, terdapat peluang baik di sisi ekonomi yang lain di Indonesia. Dia menilai peluang tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik dan rasional oleh berbagai investor.

Baca juga: Tumbuh Makna: RI punya peluang investasi di tengah tekanan global

Kendati demikian, ia menggarisbawahi peluang tersebut juga perlu diimbangi dengan kesadaran investor terhadap profil risiko masing-masing. Investor perlu melakukan strategi pendekatan profil risiko agar dapat melakukan investasi secara kondusif dan aman.

Lebih lanjut, Muliadi juga memperkirakan sentimen pasar dalam 12 ke depan akan lebih kondusif dan konstruktif.

Sisi kondusif mempertimbangkan faktor risiko perubahan moneter dan fiskal yang diperkirakan akan lebih minim. “Jadi, pertimbangan sektor dan kelas aset yang lebih diuntungkan untuk diterapkan di portofolio akan lebih mudah diprediksi,” ujar Muliadi.

Sementara sisi konstruktif berarti akan ada hal baik dan prospektif dalam sektor IHSG. Hal itu terlihat pada pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia masih cukup positif.

Baca juga: Tumbuh Makna nilai ekonomi RI masih sehat di tengah tekanan global

Melihat tren tersebut, sambung Muliadi, Tumbuh Makna bertahan dengan pandangan bahwa IHSG masih berpotensi mencapai level 7.400, dengan pertimbangan EPS growth di angka 9 persen hingga 10 persen.

Muliadi menambahkan, obligasi dengan durasi tenor menengah bisa menjadi pilihan yang tepat bagi para investor.

Sementara untuk investor yang cenderung konservatif, bisa melihat peluang pada Sukuk Ritel 019 yang telah diterbitkan Kementerian Keuangan yang dapat membantu progres kegiatan investasi dan mendorong pemerintah melakukan perkembangan ekonomi nasional.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023