Lebak (ANTARA) -
Sejumlah petani Badui di Kabupaten Lebak,Banten memastikan jadwal tanam benih padi huma tertunda akibat perubahan iklim kemarau atau El Nino.
 
"Mestinya pekan ini sudah dilakukan tanam padi huma sesuai kalender adat," kata Santa (55) seorang petani Badui di Blok Cicuraheum Gunungkencana Kabupaten Lebak, Kamis.
 
Kemarau di wilayahnya sudah dua bulan terakhir ini tidak ada turun hujan, sehingga ladang pertanian masyarakat Badui terjadi kekeringan.
 
Selama kemarau itu tentu petani Badui tidak bisa melakukan "ngaseuk" atau membuat lubang untuk dimasukan gabah ke dalam tanah untuk ditanam butiran padi huma.
 
Mereka petani kini terpaksa hanya bisa tanam kencur, karena tanaman lainnya tidak bisa ditanam akibat kemarau panjang.
 
"Kami berharap Oktober mendatang curah hujan turun, sehingga petani bisa tanam padi huma," kata Santa sambil menyatakan membuka ladang pertanian seluas satu hektare.
 
Begitu pula petani Badui lainnya Pulung (60) mengaku dirinya terpaksa tidak melakukan gerakan tanam padi huma karena kemarau sudah berlangsung dua bulan terakhir.
 
Padahal, ladang pertanian sudah digarap seluas satu hektare untuk ditanami padi huma dan tanaman palawija serta hortikultura.
 
Saat ini, kata dia, ladang pertanian itu dibiarkan begitu saja yang berlokasi di Leuwidamar karena kekeringan.
 
"Kami khawatir kemarau itu berlangsung sampai November mendatang, sehingga gerakan tanam dilakukan mundur," katanya.
 
Sementara itu, Kepala Desa Kanekes yang juga tetua adat Jaro Saija mengatakan saat ini petani Badui tidak bisa melakukan gerakan tanam padi huma akibat kemarau itu.
 
Semestinya, gerakan tanam padi huma dilakukan serentak pada pekan ini, namun tidak ada curah hujan.
 
Kendati kemarau panjang, tetapi cadangan pangan yang ada di leuit atau lumbung cukup untuk konsumsi keluarga hingga 25 tahun ke depan.
 
"Kita memiliki 8.000 lumbung dengan 4.000 KK, sehingga satu KK punya 2 lumbung pangan," katanya menjelaskan.

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023