Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melepas sebanyak lima kontainer minyak jelantah (used cooking oil) bervolume 200 metrik ton ke AS yang tertelusur (well-traceable) berbasis sistem informasi digital Sistem Informasi Minyak Jelantah (Simijel).
 
 
Pelepasan ekspor dilakukan secara hybrid di tiga lokasi yakni Kantor Kemenperin Jakarta, Gudang CV Artha Metro Oil, Tangerang dan Veriflux Office House Houston, Texas, AS, Kamis, di mana komoditas ini akan dimanfaatkan menjadi bahan bakar ramah lingkungan (greenfuel) termasuk Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau green avtur dan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau green diesel.
 
 
 
"Ketertelusuran sendiri sangat populer di industri greenfuel dan telah menjadi persyaratan di pasar Uni Eropa dan AS. Ekspor perdana ini jadi langkah awal untuk memanfaatkan teknologi dan membuka ketertelusuran dari minyak jelantah," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika saat melepas ekspor secara daring dari Kantor Pusat Kemenperin, Jakarta, Kamis.
 
Putu menyebut minyak jelantah adalah satu sumber utama bahan baku biofuel untuk industri greenfuel. Minyak jelantah, khususnya yang memiliki ketertelusuran asal usul (point-of-origin traceability) pun menjadi standar baru penerimaan produk tersebut di pasar Eropa dan AS.

Pasalnya, greenfuel yang dihasilkan dari minyak jelantah yang tertelusur (well-traceable) mempunyai emisi net karbon sangat rendah yang berasal dari implementasi prinsip ekonomi sirkular yaitu from waste to energy.
 
Aspek ketertelusuran pun menjadi prasyarat karena pembeli membutuhkan jaminan asal usul minyak jelantah harus betul-betul berasal dari titik produksi minyak jelantah alih-alih dari campuran minyak segar atau minyak-minyak lain dan/atau berasal dari sumber minyak jelantah yang ilegal.

Adapun Simijel merupakan platform digital berbasis data geotag location yang dikembangkan Asosiasi Exportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) dengan PT. Incore System Solutions untuk ketertelusuran/traceability atas rantai pasok pengumpulan minyak jelantah.

Dalam kesempatan itu, Putu juga meresmikan proses integrasi data antarplatform digital Simijel dengan Veriflux, penyedia platform teknologi informasi asal AS yang mengelola basis data rantai pasok, termasuk pengumpulan minyak jelantah di AS.
 
Veriflux didukung oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA) untuk menjamin ketertelusuran minyak jelantah hanya digunakan sebagai bahan baku industri greenfuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.
 
"Kemitraan Simijel-Veriflux dalam integrasi platform digital ini akan memperkuat akses pasar komoditas minyak jelantah dari Indonesia dengan tetap menjaga akses data ketertelusuran secara langsung dari perusahaan eksportir hanya kepada industri yang terautentifikasi sebagai pengguna langsung bahan baku minyak jelantah yang berada di Amerika Utara (end-to-end data exchange)," katanya.

Lebih lanjut, Putu menyampaikan dukungan penuh Kementerian Perindustrian atas langkah AEMJI dalam mengembangkan platform digital Simijel dalam rangka meningkatkan keberterimaan komoditas minyak jelantah pada negara tujuan ekspor, khususnya di Amerika Serikat.
 
 
 
"Kami berharap implementasi Simijel juga akan meluas ke beberapa perusahaan pengumpul minyak jelantah sehingga menambah nilai dari minyak jelantah dari Indonesia berbasis data platform digital. Selain itu kami juga berharap Simijel dapat menjadi ikon pelaksanaan advanced logistic berbasis platform digital dalam skala lokal, regional, dan global,” ungkap Putu.
 
 
 
Ketua AEMJI Setiady Goenawan mengungkapkan Simijel masih dalam tahap awal pengembangan dalam penerapan digitalisasi rantai pasok minyak jelantah. Sistem tersebut telah mencakup 4.000 outlet termasuk restoran, hotel, catering dan pedagang kaki lima sebagai titik sumber minyak jelantah.
 
 
 
Simijel juga telah merekam data pengumpulan minyak jelantah untuk kebutuhan ekspor sekitar 800 metrik ton per bulan hingga saat ini.
 
 
 
"Cakupan ini akan terus kita kejar hingga bisa meng-cover seluruh anggota AEMJI dengan perkiraan volume ekspor mencapai 20 ribu metrik ton per bulan," katanya.
 
 
 
AEMJI, lanjut Setiady, mendukung pengolahan limbah minyak jelantah menjadi bahan baku industri greenfuel sebagai solusi pengurangan emisi karbon, mitigasi dampak perubahan iklim dan optimalisasi devisa negara dari substitusi impor BBM dan ekspor greenfuel.
 
 
 
"Ekspor ini jadi awal besar bagi eksportir minyak jelantah karena baru pertama kali ekspor jelantah ke AS. Kerja sama dengan Veriflux juga dilakukan untuk memenuhi standar traceability dari AS yang sangat tinggi kriterianya," kata Setiady.
 
 
 
 
 
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023