Tokyo (ANTARA) - Dolar AS menguat mencapai puncak baru terhadap sejumlah mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Kamis sore, berada di sekitar level tertinggi terhadap yen sejak awal November, setelah Federal Reserve AS memberikan nada hawkish yang tegas setelah mempertahankan suku bunga tetap stabil.

Sterling dan euro merosot ke posisi terendah baru dalam beberapa bulan karena meningkatnya pertanyaan mengenai apakah Bank Sentral Inggris (BoE) dapat mengikuti bank sentral AS dalam menghentikan kenaikan suku bunga pada Kamis nanti.

Dolar Australia dan Selandia Baru juga melemah, meskipun Kiwi sedikit didukung oleh angka PDB yang lebih kuat dari perkiraan pada pagi hari.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang rivalnya, naik setinggi 105,68, yang terkuat sejak awal Maret, sebelum menetap sedikit lebih rendah di 105,55.

The Fed memenuhi ekspektasi pasar pada pertemuan kebijakan moneternya pada Rabu (20/9/2023), mempertahankan suku bunga stabil pada kisaran 5,25-5,50 persen.

Namun, bank sentral AS memperketat sikap kebijakan moneter hawkish yang semakin diyakini oleh para pejabatnya dapat berhasil menurunkan inflasi tanpa merusak perekonomian atau menyebabkan hilangnya lapangan kerja dalam jumlah besar.

“Banyak orang mengikuti pertemuan The Fed dengan mengharapkan sikap hawkish, namun ternyata sikap tersebut lebih hawkish daripada yang diantisipasi secara luas,” kata Moh Siong Sim, ahli strategi valuta asing di Bank of Singapore.

Seiring dengan kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya pada tahun ini, proyeksi terbaru The Fed menunjukkan pengetatan suku bunga secara signifikan hingga tahun 2024 dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Yen Jepang melemah setelah pertemuan The Fed, berada di kisaran 148,39 per dolar setelah menyentuh level terendah dalam hampir sepuluh bulan di 148,47 pada Kamis pagi.

Bahkan ketika dolar/yen merosot kembali ke level yang terlihat pada akhir tahun lalu, kemungkinan Bank Sentral Jepang (BoJ) memperketat kebijakan pada pertemuan Jumat (22/9/2023) masih kecil.

"Tampaknya tidak mungkin BoJ akan mengumumkan perubahan kebijakan apa pun besok, atau dalam waktu dekat. Meskipun Anda tidak pernah tahu pasti dengan bank sentral ini," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

Sementara Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengeluarkan lebih banyak peringatan pada Kamis bahwa pihak berwenang tidak akan mengesampingkan pilihan apa pun dalam mengatasi volatilitas berlebih di pasar mata uang, Simpson mengatakan risikonya mungkin terbatas pada intervensi verbal.

“Mereka mungkin tidak melakukan intervensi jika trennya tetap teratur.”

Di tempat lain, sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2319 dolar, sedikit di atas level terendah baru empat bulan terhadap greenback menjelang keputusan suku bunga BoE hari ini.

Data yang dirilis pada Rabu (20/9/2023)menunjukkan bahwa tingkat inflasi Inggris yang tinggi secara tak terduga melambat pada Agustus, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa tinggi bank sentral akan menaikkan suku bunganya.

Pelaku pasar sangat condong ke arah kenaikan suku bunga BoE lagi pada Kamis untuk yang ke-15 kalinya, namun ekspektasi dengan cepat berubah setelah data tersebut.

Euro berada di 1,0635 dolar setelah jatuh ke level terendah enam bulan di 1,0617 dolar.

Baik dolar Australia maupun Selandia Baru terpukul setelah pertemuan The Fed, dengan Aussie terakhir turun 0,6 persen dan Kiwi turun lebih dari 0,3 persen.

Namun Kiwi mendapat dukungan setelah data yang keluar pada Kamis pagi menunjukkan perekonomian Selandia Baru tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.


Baca juga: Yuan kembali menguat dua basis poin jadi 7,1730 terhadap dolar AS
Baca juga: Saham Asia dibuka turun, Fed indikasikan suku bunga tinggi lebih lama
Baca juga: Dolar naik di awal Asia setelah jeda Fed, kekhawatiran yen meningkat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023