Kami akan mendatangi setiap sudut negara ini."
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemimpin kelompok oposisi Malaysia Anwar Ibrahim pada Rabu menyerukan kepada pengikutnya agar bergabung dalam rangkaian demonstrasi di berbagai daerah untuk memprotes hasil pemilu yang dinilai telah dimanipulasi.

Anwar di hadapan puluhan ribu pendukung yang memenuhi stadion nasional di Kuala Lumpur berjanji untuk "tidak akan pernah menyerah".

"Kami akan mendatangi setiap sudut negara ini," kata Anwar yang kemudian disambut gemuruh suara pendukungnya.

"Kami akan terus berjuang dan kami tidak akan pernah menyerah!" kata dia.

Anwar sendiri beberapa hari yang lalu telah menjanjikan demontrasi dan protes yang keras terhadap hasil pemilu. Dia saat ini sedang menyiapkan berbagai bukti kecurangan dari partai Barisan Nasional yang dipimpin oleh Perdana Menteri Najib Razak.

Anwar menyebut partai tersebut tidak berhak membentuk pemerintahan baru.

"Barisan Nasional telah merampok hak rakyat Malaysia. Kami akan membuktikan bahwa mereka tidak berhak mendapatkan setidaknya 30 kursi," kata dia dihadapan kerumunan simpatisan.

Di sisi lain, pemerintah Najib membantah tuduhan kecurangan kelompok oposisi tersebut.

Pemerintah Malaysia juga melarang Anwar melakukan demonstrasi dalam stadium berkapasitas 25.000. Dalam sebuah pernyataan resmi, pemerintah mengatakan bahwa pertemuan tersebut "berpotensi menyebabkan kerusuhan."

Tetapi yang terjadi justru semua kursi terisi dan setidaknya dua kali lipat manusia berjejalan di tengah-tengah lapangan.

Pihak kepolisian sebelumnya juga mengancam akan menangkap setiap orang yang mengkuti rapat akbar pada Rabu. Namun seiring dengan meningkatnya ketegangan yang semakin meningkat, mereka menahan diri dan menempatkan sedikit petugas keamanan di stadion.

Anwar, yang menyerukan warga Malaysia untuk menggunakan pakaian hitam sebagai bentuk protes, juga merencanakan berbagai demonstrasi lain di berbagai negara bagian. Salah satunya adalah Penang pada Sabtu.

Sementara itu laporan yang dirilis pada Rabu oleh dua badan pengawas independen menuliskan bahwa pemilu Malaysia telah dinodai oleh bias pro pemerintah. Laporan itu juga menemukan sejumlah kejanggalan yang mengindikasikan "kelemahan serius" dalam sistem pemilu.

The Institute for Democracy and Economic Affairs dan Centre for Public Policy Studies menyesalkan penggunaan aparat birokrasi secara partisan untuk menggalang suara dan berita dari media massa yang pro pemerintah.

Laporan tersebut menulis bahwa pemilu Malaysia "tidak sepenuhnya bebas dan sama sekali tidak adil." (G005)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013