Rehabilitasi jaringan irigasi ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada lahan pertanian
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyelesaikan rehabilitasi jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Kelara Karalloe di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam rangka antisipasi kekeringan akibat musim kemarau.

"Rehabilitasi jaringan irigasi ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada lahan pertanian akibat musim kemarau yang berkepanjangan," ujar Direktur Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Ismail Widadi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Ismail menambahkan, jaringan irigasi yang dibangun melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang ini memiliki panjang 1.566 meter. Uji coba pengalirannya telah dilaksanakan pada 13 September 2023, lebih cepat dari yang ditargetkan yaitu 30 September 2023.

“Rehabilitasi saluran ini merupakan kelanjutan dari selesainya pembangunan Bendungan Karalloe pada tahun 2021. Dengan selesainya rehabilitasi saluran irigasi ini, para petani mulai menikmati layanan air yang ditampung Bendungan Karalloe,” katanya.

Di tengah-tengah musim kemarau panjang dan mengeringnya sungai saat ini, Ismail mengatakan jaringan irigasi Kelara Karaloe melayani kebutuhan air irigasi pada musim tanam I pada bulan Oktober-Maret.

“Air untuk irigasi dipasok dari Bendungan Karalloe yang tampungan airnya yang saat ini tersimpan sebanyak kurang lebih 11 juta m3. Ini cukup untuk mengairi 7.000 hektar areal persawahan sampai datangnya musim penghujan awal November ini," jelas Ismail.

Ismail Widadi juga mengajak para petani, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersyukur atas selesainya rehabilitasi jaringan irigasi ini, salah satunya dengan selalu aktif melakukan pemeliharaan.

“Ke depan diharapkan masyarakat dan para petani tidak hanya menikmati air yang tersedia, tetapi juga turut merasa memiliki yaitu dengan berpartisipasi dalam pemeliharaan saluran, bangunan dan lingkungannya. Semua harus saling mengingatkan dan mencegah aktivitas yang berpotensi merusak saluran,” kata Ismail.


Baca juga: Menteri PUPR angkat irigasi Subak Bali di World Water Congress Beijing
Baca juga: Kaisar Jepang tertarik dengan peradaban sistem irigasi RI pada abad V

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023