Singapura (ANTARA) - Yen tertekan di awal sesi Asia pada Jumat, karena melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS menjelang keputusan suku bunga oleh Bank Sentral Jepang (BoJ) yang diawasi ketat, sementara dolar berada dekat level tertingginya dalam enam bulan di tengah prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Kurs terakhir mata uang Jepang sedikit lebih rendah di 147,6 pada awal perdagangan Asia, mendekati level terendah dalam lebih dari 10 bulan di sesi sebelumnya di 148,465.

BoJ akan mengumumkan keputusan suku bunganya pada Jumat nanti pada akhir pertemuan kebijakan dua harinya, mengakhiri minggu yang penuh dengan keputusan kebijakan bank-bank sentral, dan ekspektasinya adalah BoJ akan mempertahankan pengaturan moneternya yang sangat longgar.

“Meskipun kami merasa lebih yakin bahwa (BoJ) dapat mencapai target (inflasi) 2,0 persen, kami yakin tidak akan ada perubahan apa pun hingga tahun 2024, dengan fokus utama pada negosiasi Shunto (upah musim semi) yang dimulai tahun depan,” kata Daniel Hurley, spesialis portofolio untuk pasar negara berkembang dan strategi ekuitas Jepang di T. Rowe Price.

Data pada Jumat menunjukkan inflasi inti Jepang stabil pada Agustus dan berada di atas target bank sentral sebesar 2,0 persen selama 17 bulan berturut-turut.

Yen juga terus berada di bawah tekanan akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang mencapai level tertinggi multi-tahun di sesi sebelumnya karena pasar terhuyung-huyung dari jeda hawkish yang dilakukan Federal Reserve pada Rabu (20/9/2023).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, yang cenderung dilacak oleh pasangan dolar/yen, mencapai puncaknya pada 4,4980 persen pada Kamis (21/9/2023), yang merupakan level tertinggi sejak 2007, sementara imbal hasil obligasi dua-tahun mencapai puncak 17 tahun di 5,2020 persen pada hari yang sama.

Dolar AS juga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi dan terhadap sejumlah mata uang, greenback menyentuh level tertinggi dalam lebih dari enam bulan di 105,74 pada sesi sebelumnya. Indeks dolar terakhir stabil di 105,39.

Terhadap dolar yang lebih kuat, Aussie turun 0,1 persen menjadi 0,6410 dolar AS dan menuju kerugian mingguan sekitar 0,3 persen, membalikkan beberapa kenaikan yang dicapai minggu lalu.

Dolar Selandia Baru juga tergelincir 0,06 persen menjadi 0,5928 dolar AS, meskipun mengincar kenaikan mingguan mendekati 0,5 persen.

Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada minggu ini, tapi mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini, dengan suku bunga yang akan dipertahankan lebih ketat secara signifikan hingga tahun 2024 dibandingkan perkiraan sebelumnya.

“Kami menyukai dolar AS mengingat latar belakang ini,” kata Ray Sharma-Ong, direktur investasi solusi multi-aset di abrdn.

“Dolar AS akan menguat dengan baik, didukung oleh sikap hawkish The Fed, pengurangan perkiraan jumlah penurunan suku bunga yang akan dilakukan The Fed pada tahun 2024, ketahanan pertumbuhan AS dan ekspektasi kami terhadap pertumbuhan yang lebih lambat di kawasan euro dibandingkan dengan AS.”

Euro merosot 0,07 persen menjadi 1,0655 dolar, setelah jatuh ke level terendah enam bulan di 1,0617 dolar pada sesi sebelumnya.

Sementara itu, sterling melemah 0,02 persen menjadi 1,2293 dolar, setelah juga merosot ke level terendah dalam enam bulan di 1,22305 dolar pada Kamis (21/9/2023), setelah Bank Sentral Inggris (BoE) menghentikan kenaikan suku bunga jangka panjang sehari setelah laju pertumbuhan harga Inggris yang sangat cepat secara tak terduga melambat.

Hal ini menandai pertama kalinya sejak Desember 2021 BoE tidak menaikkan biaya pinjaman dan membiarkan para pedagang mengurangi ekspektasi mereka terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral.

“Dengan inflasi yang tampaknya turun namun masih sangat tinggi, dan dengan pertumbuhan yang hampir stagnan, pasar kemungkinan besar akan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kecuali jika bank tersebut tegas dalam sikap hawkish-nya, memberikan kenaikan dan menjamin lebih banyak lagi yang akan datang,“ kata Daniela Hathorn, analis pasar senior di Capital.com.



Baca juga: Dolar menguat, klaim pengangguran mingguan turun ke terendah 8 bulan
Baca juga: Emas jatuh ke terendah minggu ini karena dolar AS yang lebih kuat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023