Yen kembali berada di bawah tekanan setelah keputusan kebijakan terbaru yang menghasilkan resep umum untuk mempertahankan status quo...
Singapura (ANTARA) - Yen melemah di sesi Asia pada Jumat sore, setelah Bank Sentral Jepang (BoJ) tetap berpegang pada sikap kebijakan ultra-longgarnya hanya beberapa hari setelah Federal Reserve AS mengisyaratkan jeda hawkish, menambah tekanan pada mata uang Jepang dan menaikkan risiko intervensi.

Pada akhir pertemuan kebijakan dua harinya, BoJ mempertahankan suku bunga ultra-rendah dan memberikan panduan dovish mengenai kebijakan moneter di masa depan, meskipun Gubernur Kazuo Ueda pada awal bulan ini mengatakan bank sentral akan memiliki cukup data pada akhir tahun untuk menentukan apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif.

Hal ini membuat yen melemah lebih dari 0,4 persen terhadap dolar ke terendah sesi di 148,25. Terakhir dibeli 148,09 per dolar.

"Siapa pun yang mengambil posisi baru dari BoJ hari ini, dalam bentuk kebijakan moneter yang kurang akomodatif, telah sangat kecewa," kata Joel Kruger, ahli strategi mata uang di LMAX Group.

"Yen kembali berada di bawah tekanan setelah keputusan kebijakan terbaru yang menghasilkan resep umum untuk mempertahankan status quo. Hal ini membuka peluang bagi penurunan yen tambahan dalam beberapa hari dan minggu mendatang."

Baca juga: Yuan naik lagi satu basis poin jadi 7,1729 terhadap dolar AS

Data sebelumnya pada Jumat menunjukkan inflasi inti Jepang stabil pada Agustus dan berada di atas target bank sentral sebesar 2,0 persen selama 17 bulan berturut-turut.

Spekulasi bahwa Tokyo dapat melakukan intervensi untuk mendukung yen semakin meningkat, terutama karena BoJ menyoroti perlunya "memperhatikan perkembangan pasar keuangan dan valuta asing serta dampaknya terhadap aktivitas ekonomi Jepang dan harga" dalam pernyataannya.

“Saya pikir pelemahan nilai tukar menjadi prioritas,” kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada Jumat bahwa ia tidak akan mengesampingkan opsi apa pun pada mata uang, memperingatkan terhadap aksi jual yen yang akan merugikan perekonomian yang bergantung pada perdagangan.

Komentarnya muncul sehari setelah yen jatuh ke level terendah dalam 10 bulan karena imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi, menyusul jeda hawkish oleh The Fed pada Rabu (20/9/2023) yang meningkatkan kemungkinan suku bunga AS lebih ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.

Dolar AS mendorong imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi pada Jumat. Terhadap sejumlah mata uang, greenback menguat 0,05 persen menjadi 105,44, tidak jauh dari level tertinggi enam bulan sesi sebelumnya di 105,74.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mencapai puncaknya pada 4,5080 persen, tertinggi sejak 2007, sedangkan imbal hasil obligasi dua-tahun terakhir berada pada 5,1334 persen, setelah mencapai puncak 17-tahun di 5,2020 persen pada Kamis (21/9/2023).

Baca juga: Yen tertekan karena imbal hasil obligasi AS capai puncak satu dekade

Aussie naik 0,13 persen menjadi 0,6425 dolar AS, meskipun menuju kerugian mingguan. Dolar Selandia Baru naik tipis 0,09 persen menjadi 0,5937 dolar AS dan mengincar kenaikan mingguan lebih dari 0,5 persen.

Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada minggu ini, namun mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini, dengan suku bunga yang akan dipertahankan lebih ketat secara signifikan hingga tahun 2024 dibandingkan perkiraan sebelumnya.

“Kami menyukai dolar AS mengingat latar belakang ini,” kata Ray Sharma-Ong, direktur investasi solusi multi-aset di abrdn.

“Dolar AS akan menguat dengan baik, didukung oleh sikap hawkish dari The Fed, pengurangan perkiraan jumlah penurunan suku bunga yang akan dilakukan The Fed pada tahun 2024, ketahanan pertumbuhan AS dan ekspektasi kami terhadap pertumbuhan yang lebih lambat di kawasan Euro dibandingkan dengan AS.”

Euro melemah 0,07 persen menjadi 1,0654 dolar, setelah jatuh ke level terendah enam bulan di 1,0617 dolar pada sesi sebelumnya.

Baca juga: Dolar menguat, klaim pengangguran mingguan turun ke terendah 8 bulan

Sementara itu, sterling melemah 0,09 persen menjadi 1,2284 dolar, setelah merosot ke level terendah dalam enam bulan di 1,22305 dolar pada Kamis (21/9/2023) ketika Bank Sentral Inggris (BoE) menghentikan kenaikan suku bunga jangka panjang sehari setelah laju pertumbuhan harga Inggris yang sangat cepat secara tak terduga melambat.

“Dengan inflasi yang tampaknya turun namun masih sangat tinggi, dan dengan pertumbuhan yang hampir stagnan, pasar kemungkinan besar akan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, kecuali jika bank tersebut tegas dalam sikap hawkish-nya, memberikan kenaikan dan menjamin lebih banyak lagi yang akan datang,“ kata Daniela Hathorn, analis pasar senior di Capital.com.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023