Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkuat kolaborasi dengan semua pihak untuk menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan gambut atau karhutla selama puncak musim kemarau.
 
"Puncak musim kemarau yang terjadi pada Agustus-September 2023 dan disertai dengan El-Nino menjadi peringatan bagi kita semua untuk waspada dan siaga terhadap kejadian karhutla," kata Direktur Pengendalian kebakaran Hutan dan Lahan Thomas Nifinluri dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
 
Thomas mengungkapkan dampak El Nino menyebabkan terjadinya penurunan jumlah hari hutan, sehingga kondisi itu menjadi lebih kering dan mudah terjadi karhutla.
 
Berdasarkan data indikasi luas kebakaran dari Sipongi KLHK, luas kebakaran dan lahan yang terjadi di Indonesia telah mencapai 267.935 hektare terhitung sejak Januari sampai Agustus 2023.

Baca juga: KLHK: Ancaman karhutla di Indonesia semakin turun

Baca juga: KLHK pulihkan ekosistem yang rusak akibat karhutla di Gunung Bromo
 
Pada Januari hingga Desember 2022, luas hutan dan lahan yang terbakar hanya sebanyak 204.894 hektare.
 
KLHK mencatat Kalimantan Barat sebagai provinsi paling terdampak kebakaran hutan dan lahan tahun ini dengan angka mencapai 54.402 hektare. Selanjutnya, Nusa Tenggara Timur juga menjadi salah satu provinsi paling terdampak dengan luas karhutla mencapai 50.396 hektare.
 
Thomas mengatakan berbagai upaya pengendalian karhutla telah dilakukan dengan memprioritaskan upaya pencegahan sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
 
Kegiatan pencegahan karhutla yang dilaksanakan meliputi penetapan desa sasaran pencegahan karhutla, deteksi dini, penggiatan patroli pencegahan karhutla baik melalui patroli mandiri, patroli rutin maupun patroli terpadu, serta pendekatan kepada masyarakat melalui sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla kepada masyarakat.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa dalam menghadapi puncak musim kemarau yang disertai dengan El-Nino membutuhkan keterpaduan para pihak dan mobilisasi sumber daya, baik sarana prasarana dan sumber daya manusia.
 
"Kata kunci dalam keberhasilan pengendalian karhutla yaitu dengan sinergi dan kolaborasi, harmoni data, komitmen, pemberdayaan, profesionalisme dan kompetensi,” kata Thomas.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengoptimalkan pengoperasian teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
 
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo mengatakan sejak dikembangkan tahun 1979, pihaknya terus melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca hampir di semua pulau di Indonesia.
 
"Dalam beberapa tahun terakhir tren pengoperasian modifikasi cuaca semakin meningkat terutama penanganan bencana karhutla," kata Budi.
 
Secara umum modifikasi cuaca bisa dimanfaatkan untuk menambah curah hujan dalam konteks pembasahan lahan gambut, penanganan bencana karhutla, pengisian waduk, serta menghalau hujan saat puncak musim hujan untuk mitigasi banjir atau untuk area-area pertambangan batu bara maupun acara-acara kenegaraan.
 
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung di Jakarta, 23 Agustus 2023, negara-negara Asia Tenggara meresmikan layanan Pusat Koordinasi Pengendalian Pencemaran Asap Lintas Batas Tingkat Regional ASEAN atau ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACC THPC).
 
Pendirian ACC THPC menjadi langkah awal dalam pengembangan sistem peringatan dini yang lebih inovatif dan mobilisasi sumber daya yang efektif di kawasan ASEAN serta upaya meningkatkan koordinasi antar anggota negara ASEAN.*

Baca juga: KLHK: Waspada dan siaga puncak kerawanan karhutla kemarau 2023

Baca juga: KLHK ungkap penyebab api sulit padam di Gunung Bromo

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023