Saya rasa level tersebut tidak terlalu penting dan akan menjadi pemicu (untuk melakukan intervensi). Saya pikir laju perubahan lebih penting... Namun menurut saya risiko intervensi valas sekarang lebih tinggi mengingat semua peringatan dari pejabat J
Singapura (ANTARA) - Yen mendekati level 150 per dolar di awal sesi Asia pada Senin pagi, membuat pedagang tetap waspada terhadap intervensi setelah Bank Sentral Jepang (BoJ) dan Gubernur Kazuo Ueda menghilangkan harapan akan adanya langkah menjauh dari kebijakan moneter ultra-longgarnya.

Di pasar mata uang yang lebih luas, dolar menguat, melanjutkan kenaikannya dari minggu lalu setelah Federal Reserve yang masih bersikap hawkish mengejutkan pasar dengan memberi sinyal bahwa suku bunga AS perlu tetap lebih tinggi lebih lama dari perkiraan awal.

Yen jatuh ke level terendah dalam lebih dari 10 bulan di 148,49 per dolar dan tetap berada dalam jarak yang sangat dekat dengan 150, tingkat yang oleh sebagian pengamat pasar dilihat sebagai batas yang akan memicu intervensi valas dari otoritas Jepang serupa dengan tahun lalu.

Mata uang Jepang telah jatuh lebih dari 0,5 persen pada Jumat (22/9) setelah BoJ mempertahankan suku bunga ultra-rendah dan tetap pada sikap dovish, sementara Gubernur Ueda juga menekankan perlunya meluangkan lebih banyak waktu untuk menilai data sebelum menaikkan suku bunga.

"Saya rasa level tersebut tidak terlalu penting dan akan menjadi pemicu (untuk melakukan intervensi). Saya pikir laju perubahan lebih penting... Namun menurut saya risiko intervensi valas sekarang lebih tinggi mengingat semua peringatan dari pejabat Jepang," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

"Juga, ada peluang lebih tinggi untuk melakukan intervensi terkoordinasi hanya karena Menteri Keuangan AS (Janet) Yellen membuat beberapa pernyataan beberapa hari yang lalu dan dia pada dasarnya memberi lampu hijau untuk intervensi BoJ."

Yellen mengatakan pekan lalu apakah Washington akan menunjukkan pemahaman atas intervensi pembelian yen oleh Jepang “tergantung pada rincian” situasinya.

Di tempat lain, euro naik 0,04 persen menjadi 1,0649 dolar, setelah jatuh ke level terendah enam bulan di 1,0615 dolar pada Jumat (22/9) terhadap dolar yang lebih kuat.

Mata uang tunggal ini berada di jalur penurunan sekitar 1,8 persen pada bulan ini, penurunan bulanan tertajam sejak Mei.

Sterling stabil di 1,2244 dolar, setelah merosot lebih dari 1,0 persen minggu lalu karena jeda siklus kenaikan suku bunga Bank Sentral Inggris, keputusan ini diambil sehari setelah data menunjukkan tingkat inflasi Inggris yang tinggi secara tak terduga melambat.

Pound menuju penurunan lebih dari 3,0 persen pada September, kinerja bulanan terburuk dalam setahun.

“Bank-bank sentral di Inggris, kawasan Euro, dan Jepang telah 'berbalik arah'. Mereka kini sedang menguji tesis bahwa perekonomian mereka yang melambat menandakan kekalahan dari kenaikan inflasi, atau bahwa perlambatan tersebut cukup serius sehingga tidak lagi ingin mencobai nasib dengan melakukan pengetatan yang lebih ketat," kata Thierry Wizman, ahli strategi valas dan suku bunga global Macquarie.

“Dan karena AS belum menunjukkan pelemahan pertumbuhan dibandingkan negara-negara lain di dunia, AS berdiri sendiri, dan The Fed telah memberi isyarat bahwa mereka dapat mencobai nasibnya.”

Pejabat Fed pada Jumat (22/9) telah memperingatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut bahkan setelah bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan minggu lalu, dengan pasar sekarang melihat peluang sekitar 21 persen untuk kenaikan 25 basis poin pada pertemuan November.

Indeks dolar, yang pada Jumat (22/9/l) menyentuh level tertinggi dalam enam bulan, menguat di 105,57 pada awal perdagangan Asia.

Aussie naik 0,06 persen menjadi 0,6445 dolar AS, sementara dolar Selandia Baru turun 0,05 persen menjadi 0,5958 dolar AS, setelah menyentuh level tertinggi tiga minggu di 0,6001 dolar AS di sesi sebelumnya.

Baca juga: Yen melemah di Asia karena BoJ pertahankan kebijakan ultra-longgarnya

Baca juga: Yen tertekan karena imbal hasil obligasi AS capai puncak satu dekade

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023