Beberapa bahan pokok yang selalu naik saat Idul Fitri, Natal, dan tahun baru biasanya cabai, tomat, bawang merah, daging ayam, dan telur.
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, bersama perbankan dan BUMN meluncurkan program Perkampungan Pertanian Terpadu Semarang Seribu Polybag, Ayam, dan Kelinci (Perdu Semerbak) untuk menguatkan ketahanan pangan.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di sela "kick off" Perdu Semerbak di Semarang, Senin, menjelaskan program Perdu Semerbak merupakan upaya pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan dan kestabilan laju inflasi.

Peluncuran Perdu Semerbak secara simbolis dilakukan di Kampung Nelayan Tambaklorok, Tanjung Mas, bekerja sama dengan Bank Jateng, PLN, Indonesia Power, dan Bank Indonesia.

Baca juga: Ekonom: Kebijakan pemerintah mampu mitigasi dampak El Nino

Diakuinya, beberapa komoditas pangan strategis biasanya mengalami kenaikan harga pada momentum-momentum tertentu, seperti Idul Fitri, Natal, dan tahun baru.

"Beberapa bahan pokok yang selalu naik saat Idul Fitri, Natal, dan tahun baru biasanya cabai, tomat, bawang merah, daging ayam, dan telur," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.

Beberapa waktu lalu, kata dia, Presiden RI Joko Widodo telah memberikan instruksi kepada seluruh kepala daerah untuk menjaga laju inflasi seiring dengan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan strategis.

"Ini (Perdu Semerbak) bukan hanya untuk kepentingan pemerintah terkait pengendalian inflasi, tapi juga pemenuhan kepada masyarakat bagaimana bahan pokok minimal tercukupi," katanya.

Pada program Perdu Semerbak, ada tiga perkampungan yang menjadi proyek percontohan, yakni masing-masing tersebar di wilayah pesisir, dataran rendah, dan dataran tinggi.

Baca juga: Pemerintah prioritaskan akses perkuat ketahanan pangan

Di kawasan pesisir, yakni Kampung Nelayan Tambaklorok, Tanjung Mas, kemudian di dataran rendah yaitu Kelurahan Rejosari, Semarang Timur, sedangkan di dataran tinggi dipilih Kelurahan Kalangmalang, Kecamatan Mijen.

"Polybag sudah mulai dibagikan. Ini harus betul-betul ditanam, tidak hanya difoto saja. Kandang ayam rakyat yang mudah dibentuk saja, bisa dari kayu, gedhek (anyaman bambu), sesuai potensi kearifan lokal saja," katanya.

Yang terpenting, kata Ita, adalah niat untuk berkembang, sebab seberapa besar dan sering bantuan diberikan jika masyarakat tidak mau bergerak bersama membangun maka hasilnya akan sama saja.

"Kami dari pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, perlu ada peran serta dari para 'stakeholder' yang lainnya. Kami harapkan bisa semua bergerak bersama sehingga ketahanan pangan di Kota Semarang akan semakin bagus," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur menyebutkan bahwa dari tiga kelurahan yang jadi percontohan masing-masing mendapatkan 50 ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) untuk dibudidayakan.

"Untuk kelincinya belum. Sedangkan polybag ada 1.000 untuk masing-masing kelurahan, sesuai dengan gerakan 1.000 polybag," pungkasnya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023