Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) fokus melakukan edukasi tentang penyakit menular yang dapat ditularkan dari hewan kepada manusia atau sebaliknya, setelah penutupan operasi PMI terkait penanganan COVID-19 yang dilakukan pada Senin.

Pengurus Bidang Kesehatan dan Layanan Sosial PMI Pusat Dr. Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan atau yang akrab disapa Weka mengatakan penyakit seperti COVID-19 tidak akan pernah hilang atau berhenti penyebarannya.

“Jadi, dilihat penyakit itu, termasuk COVID-19, hampir 90 persen menular akibat zoonosis, dari hewan ke manusia, dan manusia ke hewan, jadi kita akan terus mempersiapkan itu, melalui komunikasi, edukasi, informasi, dan kolaborasi dengan banyak pihak,” ujar Weka di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan berbagai virus yang menjadi endemi pasca pandemi COVID-19 seperti antraks, flu babi, cacar monyet, dan virus nipah perlu mendapatkan perhatian khusus, dan penting juga untuk melakukan kolaborasi antar kementerian maupun lembaga untuk mengedukasi masyarakat terkait hal tersebut.

Baca juga: PMI tumbuhkan semangat kerelawanan anak muda untuk jaga lingkungan

Baca juga: PMI tutup operasi COVID-19 dengan luncurkan buku pembelajaran pandemi


“Virus nipah, itu juga sebenarnya virus yang sudah pernah ada, ditularkan melalui kelelawar, termasuk penyakit zoonosis juga. Kita di PMI senantiasa waspada dan terus bersedia sebenarnya, tidak hanya virus nipah saja, kemarin juga sempat ada cacar monyet, antraks di Boyolali, banyak hal yang kita sudah koordinasikan dengan Kementerian Kesehatan dan kementerian terkait,” ucapnya.

Ia memaparkan, Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 7 tahun 2022 dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan terkait perintah untuk berkolaborasi antarinstansi dalam menangani penyakit zoonosis dan penyakit lain yang akan datang.

Sementara, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmidzi menyatakan untuk menangani penyakit zoonosis, PMI perlu terus berkolaborasi dan mempelajari praktik-praktik baik penanganan pandemi COVID-19, serta diteruskan secara konsisten.

“Pasca pandemi COVID-19, seperti yang sudah kita dengar, PMI memiliki simulasi, kemudian juga memang sudah sangat mumpuni dalam hal penanggulangan bencana baik alam maupun non-alam, ini yang ke depan harus kita perkuat,” kata Nadia.

Ia menyebutkan, sinergi yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah transformasi di bidang kesehatan yang melibatkan unsur tenaga kesehatan (nakes) dan non tenaga kesehatan.

“Salah satu yang juga kita sinergikan  bagaimana Kemenkes berinisiatif mengenai tenaga cadangan kesehatan, itu dari nakes dan non-nakes, PMI masuk ke dalam non-nakes untuk para relawannya, sehingga mereka perlu diberi lebih banyak edukasi, agar sistem kesehatan kita ini bisa lebih baik ke depannya,” ujar dia.*

Baca juga: Bulan Dana PMI, Pemkot Jaktim targetkan Rp10 miliar

Baca juga: PMI Lampung: Pendonor darah meningkat setelah COVID-19 melandai

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023