Jakarta (ANTARA) - Legenda bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata mengatakan tekanan bagi pebulu tangkis saat ini jauh lebih berat dibandingkan masa lalu akibat penerapan pranata reli poin.

Menurut pria yang meraih beragam gelar bergengsi dunia itu, pranata reli poin dianggap menjadi tekanan terbesar bagi pebulu tangkis saat ini karena berkaitan dengan faktor mental dan nonteknis pemain.

"Menurut saya pressure sekarang jauh lebih berat dibanding zaman saya. Utamanya setelah diberlakukan reli poin. Dari sisi mental dan nonteknis, apalagi poin-poin kritis 15 ke atas itu sangat menentukan," ungkap pria yang pernah mengawinkan gelar juara dunia 1980 dari nomor ganda putra dan ganda campuran itu di Jakarta, Selasa.

Lebih lanjut ia memaparkan, pada zamannya pertandingan bulu tangkis berjalan lebih santai sehingga tidak ada tekanan mental yang berarti. Bahkan ia kerap mendapat keuntungan dari pranata lama yang memberlakukan pindah bola.

"Apalagi main double (ganda), ya empat kali pindah bolanya. Saya servis, ganti partner saya. Kalau mati pindah bola, servis kedua, pindah bola lagi. Jadi tekanannya memang beda," tutur mantan atlet berusia 73 tahun itu.

Hal berbeda terjadi dengan penerapan reli poin, lanjutnya, terutama saat sudah match point karena pemain akan merasakan beban mental yang sangat berat.

"Bayangkan saja skor 20-19, servisnya salah, ya sudah gim poin. Kalau dibanding dulu tidak terlalu berat buat kami. Sekarang kalau bola tersangkut atau mati ya (perhitungan) poinnya berjalan terus," paparnya.

Baca juga: Christian Hadinata gabung kepengurusan PBSI sebagai konsultan atlet

Dengan pranata reli poin yang demikian ketat tersebut, maka tidak salah jika Christian menilai bahwa turnamen bulu tangkis saat ini dipastikan akan melibatkan pertarungan mental.

Dinamika yang terjadi pada dunia bulu tangkis membuat pria yang namanya masuk dalam daftar Badminton Hall of Fame oleh Federasi Badminton Dunia (BWF) pada 2001 itu terpanggil untuk kembali bergabung dengan kepengurusan PBSI.

Pria yang akrab disapa Koh Chris itu ditugasi PBSI untuk menjadi pendamping bagi para atlet untuk memberikan motivasi tambahan sejak Agustus.

"Ya mirip seperti konsultan. Mendampingi hampir semua (sektor), dan mulai aktif bulan lalu," pungkas mantan atlet yang pernah mendulang lima medali emas Asian Games itu.

Baca juga: Skuad bulu tangkis bertolak ke Hangzhou dengan kondisi prima
Baca juga: Ginting tak anggap enteng persaingan di Asian Games Hangzhou

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2023