Tokyo (ANTARA) - Dolar bertahan mendekati level tertinggi 10 bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Kamis pagi, menjaga yen di bawah tekanan dekat zona intervensi utama ketika investor mempertimbangkan data ekonomi AS yang positif dan komentar segar dari pejabat Federal Reserve.

Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari adalah salah satu dari beberapa pejabat Fed yang memperingatkan pasar tentang kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, dengan mengatakan pada Rabu (27/9/2023) bahwa banyak bukti kekuatan ekonomi yang sedang berlangsung berarti bahwa pengetatan lebih lanjut mungkin akan dilakukan.

Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan untuk berbicara pada Kamis ini, memberikan pasar petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter AS di masa depan.

Pernyataan pejabat The Fed ini muncul ketika data ekonomi AS terus memberikan kejutan dengan kekuatannya, sehingga bertentangan dengan ekspektasi para investor mengenai perlambatan.

“Meskipun ada kekhawatiran pada awal tahun ini bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi, kita mungkin melihat adanya percepatan kembali dalam aktivitas ekonomi,” yang juga mendorong kenaikan imbal hasil (yield) AS, kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, berada di sekitar 106,58, setelah mencapai 106,84 semalam, level tertinggi sejak 30 November.

Imbal hasil acuan AS bertenor 10 tahun mencapai titik tertinggi baru di 4,462 persen semalam, tertinggi sejak Oktober 2007.

Pasangan dolar/yen cenderung sangat sensitif terhadap perubahan imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang, terutama pada jangka waktu 10 tahun.

Yen terakhir berada di 149,48, turun dari level terendah baru dalam 11 bulan pada Rabu (27/9/2023) di 149,71, namun masih terlalu dekat dengan level psikologis 150 per dolar untuk kenyamanan, membuat investor tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi oleh otoritas Jepang.

Zona 150 dipandang oleh pasar sebagai batasan bagi otoritas Jepang yang dapat memacu intervensi seperti yang terjadi tahun lalu.

Mata uang Jepang juga tertekan oleh lonjakan harga minyak, yang pada Rabu (27/9/2023) menandai penutupan tertingginya pada tahun 2023 setelah penurunan tajam stok minyak mentah AS menambah kekhawatiran ketatnya pasokan global.

“Jika kementerian keuangan serius dalam melakukan intervensi untuk mendukung pelemahan yen, yang menurut kami memang demikian, maka respons (intervensi) kemungkinan tidak akan terlalu jauh,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG, dalam sebuah catatan.

Suku bunga yang lebih tinggi di AS juga membebani Aussie, yang bertahan di dekat 0,6357 dolar AS terhadap greenback setelah jatuh ke level 0,63320 dolar AS semalam. Data ritel Australia yang dirilis pada Kamis akan menjadi fokus para pedagang.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023