Tokyo (ANTARA) - Kurs dolar AS turun dari level tertingginya dalam 10 bulan di awal sesi Asia pada Jumat pagi, ketika pasar memasuki akhir kuartal, memberikan yen lebih banyak ruang pada akhir pekan di tengah kekhawatiran intervensi.

Euro sebagian besar bertahan setelah rebound semalam, namun masih tidak jauh dari level terendah Januari di 1,0482 dolar, yang jika ditembus akan menjadi level terendah sejak Desember.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, sebagian besar datar di pagi Asia, namun berada di jalur kenaikan 11 minggu berturut-turut, setelah turun ke level 106,020 semalam.

Dolar menguat di tengah ekspektasi bahwa perekonomian AS akan tetap lebih tahan terhadap suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan negara lain, setelah Federal Reserve pekan lalu memperingatkan bahwa mereka mungkin akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang telah memberikan dukungan terhadap kenaikan dolar, turun dari level tertinggi multi-tahun semalam, karena faktor teknis yang menghambat lonjakannya.

Pada saat pasar menantikan data utama PCE (Indeks Harga Belanja Personal) yang akan dirilis pada Jumat, AS tampaknya sedang menuju penutupan sebagian pemerintahan (partial Government Shutdown), yang dapat mempengaruhi rilis data ekonomi, sehingga memberikan sedikit visibilitas mengenai kinerja perekonomian.

Hal ini dapat menciptakan "kekosongan ketidakpastian" ketika Federal Reserve mencoba menentukan apakah diperlukan kenaikan suku bunga lagi tahun ini, kata Tony Sycamore, analis pasar di IG.

“Ketika kita mempunyai bank sentral yang bergantung pada data... dan mereka tidak bisa mendapatkan data tersebut secara tepat waktu, saya pikir, hal ini akan menciptakan alasan lain untuk tidak mengambil tindakan dalam beberapa kelas aset ini,” kata Sycamore.

Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin pada Kamis (28/9/2023) mengatakan tidak jelas apakah diperlukan lebih banyak perubahan kebijakan moneter di bulan mendatang.

Yen tetap menjadi fokus karena diperdagangkan mendekati level 150, yang dipandang berpotensi memicu intervensi dari otoritas Jepang. Terhadap dolar, mata uang Jepang terakhir diperdagangkan pada 149,34 yen.

Inflasi inti di ibukota Jepang melambat pada September untuk bulan ketiga berturut-turut terutama karena turunnya biaya bahan bakar, data menunjukkan pada Jumat, mengindikasikan bahwa tekanan dorongan biaya mulai mencapai puncaknya, yang meringankan pemulihan ekonomi yang rapuh.

Data terpisah menunjukkan produksi pabrik datar pada Agustus, sebuah tanda bahwa perusahaan-perusahaan merasakan dampak dari lemahnya permintaan global dan lemahnya perekonomian China.

Meskipun intervensi di pasar mata uang mungkin mempunyai dampak yang terbatas, "pemerintah tidak akan rugi secara politis dengan menunjukkan kepada masyarakat Jepang bahwa mereka serius dalam mengatasi lonjakan harga impor akibat melemahnya yen", kata Yasunari Ueno, kepala ekonom pasar di Mizuho Securities, dalam catatan untuk klien.

Di tempat lain, euro berada di 1,05625 dolar, turun 0,04 persen sejauh ini di Asia setelah jatuh dari level terendah multi-bulan minggu ini di 1,0488 dolar. Investor akan menantikan data IHK (Indeks Harga Konsumen) dari zona euro pada Jumat untuk mendapatkan petunjuk mengenai keadaan perekonomian blok tersebut.


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023