Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar), Uus Kuswanto meninjau tempat pengolahan sampah organik dan non organik di Jalan Peternakan III, RT 02 RW 02, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat.

Peninjauan tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti instruksi Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono untuk menekan jumlah sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

"Saat ini salah satu permasalahan di DKI Jakarta adalah masalah sampah. Dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta juga sudah menginstruksikan pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk mengurangi sampah," ungkap Uus di sela-sela peninjauan pada Jumat.

Dalam peninjauan tersebut, Uus menyebut masih perlu dilakukannya pembenahan, seperti pengumpulan sampah. Lantaran masih banyaknya sampah yang ditampung dari wilayah lain, tapi masih DKI Jakarta.

Meskipun demikian, Uus mengapresiasi pengolahan sampah organik dan non organik milik PT Jangjo Teknologi Indonesia di wilayah Kelurahan Kapuk  yang baru sebulan beroperasi namun sudah berkontribusi untuk membantu Pemprov DKI Jakarta dalam penanganan masalah sampah.

"Dengan keberadaan perusahaan yang khusus mengolah dua jenis sampah tersebut (organik dan non organik) diharapkan dapat membantu Pemprov DKI Jakarta mengurangi volume sampah untuk dibuang ke TPA Bantar Gebang," ucap Uus.

Pihaknya berharap, ke depan, ia meminta agar perusahaan tersebut lebih banyak menampung dan mengolah sampah warga sekitar Jakarta Barat.

"Selain itu juga saya meminta pada pemilik perusahaan agar merapikan keberadaan tempat usaha pengelolaan sampah tersebut agar menjaga kebersihan hingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Suku Dinas Lingkungan Hidup (Jakbar) juga agar dapat memperbanyak usaha-usaha pengelolaan sampah agar sampah Jakarta Barat yang dibuang ke TPA Bantar Gebang terus berkurang," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, CEO PT Jangjo Teknologi Indonesia, Johansen menuturkan, keberadaan usaha pengolahan sampah di lokasi tersebut sudah berjalan sebulan lebih dan dimonitor oleh Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat.

​​​Ia menyebut pihaknya dapat mengolah sampah yang diolah sebanyak 30 ton setiap hari.

​​​"Semua sampah tersebut berasal sampah rumah tangga jenis organik dan non organik. Kami mengolah tiga jenis sampah. Pertama sampah daur ulang yang dapat diproses, seperti kardus, kertas, beling dan sejenisnya," imbuhnya.

Kedua, ujarnya, sampah sisa makanan yang diolah menjadi "maggot" dan ketiga sampah residu yang belum dapat didaur ulang, seperti sampah plastik bungkus kopi, bungkus barang dan sejenisnya yang terpaksa tetap dibuang ke TPA Bantar Gebang.

"Dari 30 ton sampah per hari dengan dua mesin pengolahan sudah dapat mengurangi sampah sebanyak 50 persen. Sisa 50 persenya lagi dibuang ke TPA Bantar Gebang," tutupnya.

Baca juga: KTT AIS jadi kesempatan DKI tunjukkan komitmen atasi sampah laut

Baca juga: Legislator yakin Jakarta bebas sampah melalui RDF pada 2025

Baca juga: DLH DKI pertimbangkan uji coba "water mist" pakai sampah buah


Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023