Jakarta (ANTARA) - Lifter-lifter Korea Utara menjadi kejutan yang tak terantisipasi saat lifter Indonesia Windy Cantika Aisah harus naik ke kelas 55kg Asian Games Hangzhou karena faktor kebugaran, demikian ungkap pelatih angkat besi Muhammad Rusli, Sabtu.

Di Xiaoshan Sports Centre Gymnasium, Cantika yang baru ketiga kalinya menjalani kelas 55kg setelah sebelumnya fokus di 49kg itu, mencatatkan angkatan snatch 85kg setelah gagal pada upaya ketiganya menambah beban menjadi 88kg, satu kg lebih berat dari catatan terbaiknya.

Kemudian dari clean & jerk, lifter 21 tahun itu tak meraih angka setelah tiga kali gagal mengangkat beban 100kg yang ditargetkan.

Rekan senegara Cantika, Juliana Klarisa juga merasakan ketangguhan lawan-lawannya setelah menyelesaikan pertandingan hari itu di peringkat sembilan dengan total angkatan 189 kg; 82 kg snatch dan 103 kg clean & jerk.

"Mohon maaf dua atlet yang turun di kelas 55kg ini belum memberikan hasil yang terbaik karena dua-duanya belum memberikan medali untuk kontingen Indonesia," kata Rusli ketika ditemui oleh ANTARA di Hangzhou.

"Di luar dugaan Korea utara ini luar biasa, memang yang diturunkan mereka adalah atlet senior semua. Windy Cantika pun masih kalah senior," kata Rusli.

Baca juga: Windy Cantika kandas di kelas 55 kg putri Asian Games Hangzhou

Rusli dan tim pelatih angkat besi Indonesia mengaku terkejut dan tidak memperhitungkan atlet-atlet Korut itu, yang setelah sekian tahun tidak keluar berkompetisi karena pandemi, tetapi mampu menggebrak dengan memecahkan rekor dunia.

"Bahkan China sendiri dikalahkan oleh mereka di kelas 49kg dan 55kg, padahal itu target mereka dan ternyata Korea Utara yang sekian tahun tidak keluar masih menjadi yang terbaik," kata Rusli.

Cantika dkk. menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri Hyongyong Kang mengangkat beban seberat 103kg pada angkatan snatch terakhirnya dan mengalahkan rekor dunia yang dipegang oleh lifter putri China Li Yajun dengan selisih satu kg.

Dia juga menjadi pemegang rekor dunia baru clean & jerk setelah mengangkat 130kg pada upaya ketiganya, juga rekor dunia angkatan total 233kg, sekaligus yang menjadi patokan anyar di tingkat Asia dan Asian Games.

Baca juga: Dua lifter putri Korut pecahkan rekor dunia di Asian Games Hangzhou

Rekan senegaranya, Suyon Ri membantu Korut mengawinkan perak dan emas kelas 55kg putri setelah finis runner up dengan total angkatan 222kg; 96kg snatch dan 126kg clean & jerk.

Wakil China Zhihui Hou berhak atas perunggu dengan total angakatan 210kg; 95kg snatch dan 115kg clean & jerk.

Cantika tampak kurang nyaman bermain di kelas yang cukup baru itu setelah gagal melakukan tiga angkatan clean & jerk.

"Di latihan, angkatan seperti itu dia tidak ada masalah, makanya kami belum tahu kok bisa tiga kali gagal," kata Rusli.

"Ini kelas baru juga bagi Cantika, dia kan biasanya bermain di 49kg.

"Setelah Olimpiade dia beberapa kali terkena cedera, untuk mengamankan dia dari cedera maka dia dilepas dulu ke kelas 55kg," ungkap sang pelatih.

Selepas Asian Games, Cantika diproyeksikan untuk mengikuti kembali kualifikasi untuk Olimpiade Paris 2024 dan kemungkinan turun di kelas 49kg.

Masih tersisa tiga kejuaraan kualifikasi Olimpiade yang akan diikuti tim Indonesia yaitu di Qatar pada Desember akhir tahun, Uzbekistan pada Februari dan Thailand pada April tahun depan.

Baca juga: Nafisatul bertekad ikuti langkah Windy Cantika ke Olimpiade

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2023