Jakarta (ANTARA) - Pemilihan Umum Tahun 2024 di Indonesia tampaknya akan menjadi salah satu pemilu tersibuk yang pernah ada. Bukan hanya karena dilakukan secara serentak, namun juga terdapatnya penambahan, mulai dari provinsi baru, daftar pemilih tetap (DPT), tempat pemungutan suara (TPS), hingga partai politik.

Dari data tersebut secara otomatis mengharuskan penambahan personel pengamanan dalam menjaga stabilitas dan kondusivitas pemilu, terutama pada wilayah-wilayah yang berpotensi munculnya konflik dikarenakan irisan masyarakat. Pada poin ini pada akhirnya membuat tahapan persiapan, pelaksanaan, hingga pengumuman perlu diperhatikan secara seksama terkait pengamanannya.

Perlu diingat pula bahwa Pemilu tidak hanya untuk WNI yang tinggal di dalam negeri, namun juga untuk WNI atau diaspora Indonesia yang sedang berada di luar negeri. Pengamanan distribusi keluar negeri menjadi hal yang penting. Saat ini jumlah WNI terbanyak yang ada di luar negeri yang menjadi pemilih pada pemilu 2024 nanti berada di Malaysia, Saudi Arabia, hingga Hong Kong.

Luasnya wilayah Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi pemilu serentak tahun 2024. Peranan pengamanan dalam deteksi dini konflik perlu ditingkatkan, mengingat Indonesia saat ini semakin menjadi perhatian dunia.

Pergantian kepemimpinan setelah Presiden Jokowi yang tidak dapat mencalonkan diri kembali akibat konstitusi akan menjadi hal yang krusial terkait arah kebijakan 5 tahun masa pemerintahan yang baru. Hal ini menyebabkan bukan tidak mungkin bila akan muncul infiltrasi asing yang masuk dan mengganggu stabilitas pemilu mengingat kondisi geopolitik global yang semakin dinamis dan tidak menentu.


Dinamika global

Setidaknya pada tahun 2024, terdapat beberapa negara dengan ekonomi besar atau negara anggota G20 yang akan melaksanakan pemilu, seperti Amerika Serikat, India, Rusia, Meksiko, hingga Indonesia sendiri. Melihat dari peta politik global saat ini, maka diperlukan kewaspadaan dini bila terdapat perubahan arah geopolitik yang cukup signifikan.

Konflik luar negeri seperti yang tengah terjadi di Eropa Timur, Afrika, hingga timur tengah juga menjadi hal yang perlu dijadikan sebagai sebuah refleksi diri Indonesia untuk menjaga diri. Pergantian rezim secara otomatis tentu saja akan membuat perubahan pada ranah kebijakan luar dan dalam negeri. Hal ini tentu akan memancing negara-negara luar untuk terus memantau hasil pemilu di Indonesia.

Perlu diingat bahwa campur tangan negara luar pada pemilu di suatu negara bukan hal yang mustahil dilakukan. Sebut saja contoh pada Pemilu di Amerika tahun 2016 yang dianggap telah dipengaruhi negara luar. Atau bahkan catatan sejarah agen mossad, Eli Cohen, yang diketahui pernah masuk sebagai kandidat pejabat tinggi di kementerian Pertahanan Suriah pasca membantu pemenangan kandidat pejabat eksekutif di sana.

Kepentingan negara-negara luar terhadap Indonesia bukanlah hal baru. Pemimpin baru Indonesia di tahun 2024 akan menentukan arah kebijakan ke depannya, terutama arah percaturan geopolitik Indonesia dan kepentingan investasi luar negeri yang telah ada di Indonesia. Indonesia saat ini memiliki potensi cukup besar dalam menjadi raksasa ekonomi di tahun 2045 yang tentu menjadi kekhawatiran negara lain.

Kekuatan Indonesia yang memiliki modal dengan kepemilikan sumber daya alam ditambah dengan catatan jumlah angkatan kerja yang melimpah ini akan menjadi nilai positif bila Pemerintah baru dapat memaksimalkannya. Kepemilikan 2 modal kunci ini juga pernah dirasakan oleh China pada awal mula memulai menjadi negara dengan perekonomian kuat seperti saat ini.

Bila mengutip data dari Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah generasi Z di Indonesia saat ini telah mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen. Bila dihitung, total dari angka kedua generasi ini bahkan telah melebihi 50% jumlah penduduk di Indonesia.

Bila melihat catatan sejarah, rasionalitas intelijen luar negeri yang turut campur dalam pemilu suatu negara biasa terjadi pada cipta kondisi penyebaran informasi hingga perbantuan logistik. Bahkan bila harus merujuk kepada artikel luar negeri baru baru ini, salah satu website berita sayap kiri Amerika, MintPress News, menyatakan mereka mendapat bocoran dokumen dari CIA yang merupakan Organisasi intelijen Amerika dimana Organisasi intelijen tersebut telah selalu melakukan update perkembangan survei kandidat calon eksekutif di Indonesia. Bahkan dalam artikel tersebut mereka melakukan klaim bila sayap dari CIA juga telah mencoba masuk melalui LSM yang ada di Indonesia.

Indonesia telah menjadi perhatian dunia selama beberapa waktu ke belakang karena perkembangan ekonominya. Maka dari itu, bukan menjadi hal yang aneh bila dinamika perkembangan politik di Indonesia akan selalu dipantau oleh negara luar.


Anak muda penentu

Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara heterogen di mana konflik yang bersifat horizontal di masyarakat akan sangat mudah terjadi. Ketidaksiapan pengamanan tentu saja akan memicu konflik pada arus bawah di masyarakat. Berbeda dengan sistem pemilihan di beberapa negara, Indonesia yang menerapkan sistem pemilu one man one vote mengharuskan kandidat pemimpin mendekati seluruh kalangan untuk menambah kekuatan dalam jumlah elektoral.

Pada tahun 2024, pemilih muda akan menjadi nilai penentu dari pemenangan calon pemimpin Indonesia ke depan. Merujuk kepada data dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI, lembaga tersebut telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa 52 persen di antaranya merupakan pemilih muda. Bila dilakukan perincian lebih detail, pemilih berusia 17 tahun berada pada angka 0,003 persen atau sekitar 6 ribu jiwa. Kemudian pemilih dengan rentang usia 17 tahun hingga 30 tahun mencapai 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa. Lalu dilanjutkan dengan Pemilih dengan 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 20,70 persen atau sekitar 42,395 juta jiwa. Dari data ini kita ketahui kembali bahwa generasi milenial dan gen z telah menjadi penentu pada tahun 2024 nantinya.

Bila boleh mengambil contoh dari keberhasilan sebuah partai untuk melakukan penarikan suara anak muda adalah Partai Move Forward dari Thailand yang merupakan tetangga Indonesia di Asia Tenggara. Partai tersebut berhasil mengamankan 151 kursi parlemen dan menjadi yang terbanyak di Parlemen Thailand. Dari contoh tersebut, ditambah kenyataan data bahwa pemilih di Indonesia merupakan mayoritas anak muda, bukan tidak mungkin bila anak muda akan memiliki peran vital di tahun 2024.

*) Syarifurohmat Pratama Santoso adalah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
 

Copyright © ANTARA 2023