Beijing (ANTARA) - Sebuah makalah dalam Jurnal Nature Biomedical Engineering menyebutkan bahwa tim ilmuwan China menemukan solusi untuk menghambat terjadinya sindrom pelepasan sitokin (CRS) yang dipicu imunoterapi kanker.

CRS, yang juga dikenal sebagai badai sitokin (cytokine storm), merupakan reaksi berlebih dari sistem kekebalan tubuh.

Hal itu terjadi sebagai efek samping dari jenis-jenis imunoterapi tertentu, seperti terapi sel T CAR, yang secara efisien dapat mengobati tumor ganas dengan merangsang sel imun agar melepaskan banyak sitokin inflamasi, yang pada akhirnya menyebabkan CRS.

Pasien dengan CRS menunjukkan gejala seperti demam, hipotensi, gagal organ, dan bahkan kematian pada kasus yang parah.

Opsi pengobatan yang ada saat ini adalah dengan menyuntikkan antibodi interleukin-6 (IL-6), suatu sitokin proinflamasi. Namun, antibodi tersebut tidak dapat disuntikkan sebelum CRS terjadi karena dapat memengaruhi kadar normal IL-6 dalam tubuh.

Para ilmuwan dari National Center for Nanoscience and Technology mengembangkan suatu hidrogel yang peka terhadap suhu dan dapat mengikat antibodi IL-6. Hidrogel ini dapat disuntikkan terlebih dahulu dan secara signifikan mengurangi kadar IL-6 ketika terjadi CRS yang dipicu sel T CAR.

Makalah itu menyebutkan bahwa hidrogel yang diimplantasi ini bekerja seperti "spons" dengan menyerap IL-6 hanya saat kadarnya naik di atas normal, sehingga mencegah terjadinya CRS.

Makalah itu menambahkan bahwa "spons" tersebut tidak memengaruhi efikasi antitumor dari imunoterapi dan dapat dengan mudah dikeluarkan dari tubuh menggunakan jarum suntik.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023