Bahasa daerah Banjar terancam hilang atau punah manakala tidak ada upaya pelestarian sejak dini, baik oleh pemerintah daerah maupun warga masyarakatnya sendiri
Banjarmasin (ANTARA) - Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Armi menyatakan terus berupaya untuk melestarikan bahasa daerah Banjar yang terancam punah.

"Bahasa daerah Banjar terancam hilang atau punah manakala tidak ada upaya pelestarian sejak dini, baik oleh pemerintah daerah maupun warga masyarakatnya sendiri," ucapnya di Banjarmasin, Minggu.

Armin menyatakan itu saat bedah buku berjudul "Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung" (maksudnya sawah orang lain dikerjakan, sawah sendiri dibiarkan terlantar), sebuah buku menggunakan bahasa Banjar asli karya YS Agus Suseno.

Baca juga: Merawat keberagaman melalui eksistensi bahasa daerah

Oleh karenanya, dalam bedah buku di Menara Pandang Banjarmasin, Kepala Balai Bahasa Kalsel mengapresiasi keberadaan buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung tersebut sebagai salah satu upaya pelestarian bahasa daerah Banjar.

"Balai Bahasa Kalsel sendiri yang kini berkantor di Loktabat Banjarbaru juga berupaya melestarikan atau menjaga agar bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu jangan sampai punah," ujar Armi.

Sebagai contoh, kata dia, menggelar berbagai kegiatan atau lomba yang berbahasa Banjar seperti cerita pendek (cerpen) serta puisi dan bentuk lainnya.

Begitu pula Balai Bahasa Kalsel memberikan layanan saksi ahli berbahasa Banjar yang barang tentu orang betul-betul menguasai bahasa daerah tersebut, demikian Armi.

Apresiasi dan harapan serupa dari Guru Besar Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Prof H Rustam Effendi seraya menyatakan buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung itu sebuah karya/tulisan positif.

Baca juga: Wali Kota Serang terima penghargaan aktif lestarikan bahasa daerah

Mantan Dekan FKIP dua periode itu memberi catatan setidaknya ada delapan hal positif dari buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung antara lain "Sabukuan basa Banjar" (maksudnya seluruh tulisan buku itu bahasa Banjar) salah satu upaya pelestarian bahasa daerah Banjar.

Selain itu, dalam buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung tersebut tacatat 182 peribahasa dalam bahasa Banjar. "Peribahasa tersebut sudah baku di masyarakat Banjar sejak tempo dulu," demikian Rustam Effendi.

Bedah buku Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung merupakan karya pertama Agus Suseno dalam bentuk buku itu oleh Dewan Kesenian Banjarmasin dengan dukungan dinas perpustakaan dan arsip kota setempat.

Agus sendiri asli Urang Banjar kelahiran Banjarmasin dan besar di Kandangan (135 km utara Banjarmasin) atau persisnya Padang Batung (pinggiran Pegunungan Meratus) Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Baca juga: Menyelamatkan bahasa daerah melalui penutur muda

Pewarta: Gunawan Wibisono/Syamsudin Hasan
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023