Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah masih berpeluang melemah hari ini terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke kisaran Rp15.500-Rp15.520 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.440 per dolar AS.

“Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terlihat naik kembali. Tenor 10 tahun kembali bergerak di atas 4,6 persen dari sebelumnya 4,5 persen. Tenor 30 tahun juga naik, bergerak di atas 4,7 persen dari sebelumnya 4,6 persen. Indeks dolar AS juga kembali bergerak di atas 106, sebelumnya sempat turun ke kisaran 105,” ujar dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,26 persen atau 40 poin menjadi Rp15.500 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.460 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah pada Senin pagi melemah jadi Rp15.500 per dolar AS

Menurut Ariston, dengan persoalan anggaran operasional pemerintah untuk mencegah penutupan pemerintahan AS telah berhasil diselesaikan Kongres AS untuk sementara, perhatian pasar kembali ke kebijakan suku bunga tinggi AS.

Pasca rapat kebijakan The Fed yang terakhir, ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga AS sekali lagi pada tahun ini masih tinggi. Apalagi, data ekonomi AS yang dalam beberapa hari terakhir telah dirilis memperlihatkan tingkat inflasi masih belum turun ke target 2 persen dengan kondisi ekonomi AS yang masih solid.

Di sisi lain, sentimen pasar terhadap aset berisiko positif pagi ini yang terlihat dari indeks saham Asia terlihat bergerak menguat. Hal ini dinilai berpotensi menahan laju pelemahan rupiah.

“Data inflasi Indonesia yang menunjukkan inflasi masih stabil di kisaran target dan aktivitas manufaktur yang masih bertumbuh juga bisa membantu menahan pelemahan rupiah,” ungkapnya.

Baca juga: Menguatkan rupiah dengan mengubah gaya hidup

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023