Rupiah berpotensi menguat karena data inflasi yang rendah (2,28 persen pada September 2023), namun pengaruh negatif dari eksternal masih sangat kuat mempengaruhi rupiah
Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah pada Rabu, sebesar 54 poin atau 0,35 persen menjadi Rp15.634 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.580 per dolar AS karena dipengaruhi proyeksi suku bunga Amerika Serikat (AS) pada level tinggi yang berlangsung  lebih lama.

“Rupiah dapat menguat jika The Fed bersikap dovish (melonggar) terhadap proyeksi suku bunga AS. Sikap The Fed masih jauh dari dovish mengingat angka inflasi AS masih jauh dari target 2 persen,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.

Data tenaga kerja Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLT) AS yang lebih kuat dari perkiraan, yakni 9,61 juta dengan ekspektasi 8,8 juta, turut melemahkan nilai tukar rupiah.

Indeks Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, yakni 52,3 pada September 2023 dibanding 53,9 pada Agustus 2023, semakin menekan kurs rupiah.

“Rupiah berpotensi menguat karena data inflasi yang rendah (2,28 persen pada September 2023), namun pengaruh negatif dari eksternal masih sangat kuat mempengaruhi rupiah,” ungkap Rully.

Bagi analis pasar mata uang Lukman Leong, data JOLT AS yang menyusul serangkaian data ekonomi kuat AS lainnya akhir-akhir ini memicu ekspektasi akan suku bunga The Fed yang lebih tinggi, sehingga berpotensi melemahkan rupiah hingga akhir tahun.

Misalnya pada Senin (2/10), data indeks Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS dari The Institute for Supply Management (ISM) pada September 2023 menunjukkan pemulihan naik ke angka indeks 49,0 dari sebelumnya 47,7.

“Dari dalam negeri belum ada yang bisa mendukung rupiah. Revisi PP (Peraturan Pemerintah) DHE SDA (Devisa Hasil Ekspor dari Barang Ekspor Sumber Daya Alam) masih perlu waktu untuk meningkatkan cadangan devisa Indonesia,” ucap Lukman.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menganggap pengaruh dari ekspektasi suku bunga tinggi akan berlanjut hingga akhir tahun menimbang The Fed akan mengeluarkan kebijakan penting pada Desember 2023. Ekspektasi suku bunga tinggi turut didukung data ekonomi AS, terutama data inflasi yang belum menurun ke arah target 2 persen.

Sentimen pasar terhadap suku bunga tinggi masih kuat hingga akhir tahun. Sentimen tersebut dapat di-counter apabila data ekonomi AS menunjukkan inflasi dan kondisi ketenagakerjaan menurun.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu, turut melemah ke posisi Rp15.636 dari sebelumnya Rp15.600 per dolar AS.


Baca juga: Rupiah melemah pascadata JOLT AS lebih kuat dari perkiraan
Baca juga: Pengamat: Ekspektasi suku bunga tinggi AS picu pelemahan rupiah


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023