Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI Lim Sui Khiang mengharapkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak direspon perbankan dengan menaikkan suku bunga kredit karena dua hal itu tidak  bersinggungan secara langsung.

"Kalau harga BBM naik, perbankan untuk apa menaikkan suku bunga kredit. Perbankan itu kan hubungannya dengan Bank Indonesia. Kalau bank sentral menahan suku bunga acuan 5,75 persen, ya perbankan tidak usah menaikkan suku bunga kredit," ujar Lim saat dihubungi dari Jakarta, Senin.

Lim menilai kenaikan harga BBM bersubsidi tidak akan terlalu meningkatkan inflasi.

Alasannya, tanpa kenaikan harga BBM bersubsidi pun harga bahan bakar di daerah sudah tinggi akibat ulah penimbun minyak.

Atas dasar fakta tersebut, menurut dia, jika ada kenaikan harga BBM bersubsidi maka masyarakat, khususnya di daerah, sudah terbiasa. Sehingga dia menilai tidak ada alasan bagi perbankan untuk meningkatkan suku bunga kreditnya.

"Di daerah itu saya beli solar sudah Rp7.000 karena permainan calo-calo yang suka menimbun BBM. Sedangkan kalau beli di pertamina stoknya habis. Jadi kenaikan harga BBM tidak akan terlalu berpengaruh bagi inflasi, apalagi perbankan," kata dia.

Terkait adanya bank yang meningkatkan suku bunga pinjaman dan deposito, Lim menilai hal itu wajar dilakukan oleh perbankan yang tingkat suku bunga pinjaman dan depositonya terlampau kecil dalam beberapa tahun terakhir.

"Misalnya BCA, wajar mereka menaikkan suku bunga pinjaman dan depositonya, karena selama ini suku bunga mereka kecil di bawah bank lain. Mereka selama ini memberikan layanan ATM yang berjumlah banyak, namun demi menjaga dana menganggur agar tidak pindah ke bank lain makanya mereka menaikkan suku bunganya dan itu wajar," katanya.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013