Monolog Cotton Candy itu sudah dipentaskan di Meksiko serta Amerika Serikat beberapa waktu lalu dan akan dilanjutkan ke Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda serta Prancis
Jakarta (ANTARA) - Regina Art Monologue Project melalui sebuah pementasan teater monolog berjudul Cotton Candy mengajak perempuan-perempuan korban kekerasan dan pelecehan seksual di seluruh penjuru dunia untuk berani menyuarakan trauma yang dialaminya.

“Kami membuat naskah ini karena masih banyak yang belum berani bersuara. Mereka korban kekerasan tidak berani bersuara karena melihat perempuan-perempuan yang bersuara pun tidak mendapat keadilan,” kata Produser dan Pemain dalam Regina Art Monologue Project Joane Win di Jakarta, Kamis.

Joane menjelaskan monolog dengan judul Cotton Candy karya E.D.Jenura ini mengisahkan tentang perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi trauma yang sangat berat.

Monolog Cotton Candy itu sudah dipentaskan oleh Joane di Meksiko serta Amerika Serikat beberapa waktu lalu dan akan dilanjutkan ke Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda serta Prancis pada 9 Oktober hingga 11 November 2023.

Joane menjelaskan negara-negara yang dipilih Regina Art Monologue Project tersebut merupakan negara yang juga memiliki kasus pelecehan seksual cukup tinggi.

Karena itu, Regina Art Monologue Project melalui pementasannya berjudul Cotton Candy berharap bisa memberi edukasi hingga dukungan tentang pentingnya masyarakat dunia untuk sadar terkait dampak dari kekerasan seksual terhadap korban.

Ia menambahkan, pihaknya memilih untuk mementaskan monolog di gedung-gedung yang tidak terlalu besar dengan kapasitas hanya sekitar 100 sampai 150 penonton agar pesan yang terkandung dalam cerita bisa lebih tersampaikan.

“Dari Komnas Perempuan sudah banyak memberikan informasi pada masyarakat tentang bagaimana kita mengatasi agar kekerasan seksual itu dapat diatasi. Namun kita tetap harus saling dukung dan memberikan edukasi kepada masyarakat,” katanya.

Sementara itu, sutradara sekaligus pemain dalam Regina Art Monologue Project Wawan Sofwan pun memberikan apresiasi kepada pemerintah yang berkenan mendukung upaya mengedukasi masyarakat melalui seni pertunjukan ini.

Wawan mencontohkan, KBRI Den Haag telah membantu mencarikan tempat bagi Regina Art Monologue untuk bisa mementaskan karya tersebut dan bahkan mengajak para diaspora Indonesia agar menonton penampilan monolog tersebut.

Selain itu, kata Wawan Pemerintah Indonesia melalui Komnas Perempuan pun menginginkan Regina Art untuk dapat menampilkan karya monolog ini di berbagai daerah di Tanah Air.

“Dari Komnas Perempuan ingin kita keliling Indonesia, kita sedang pikirkan itu terutama ke daerah yang banyak kasus kekerasan seksual,” kata Wawan.

Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani menyatakan adanya laporan kekerasan yang meningkat menunjukkan bahwa saat ini korban semakin berani dan percaya diri untuk melaporkan kasus yang dialaminya.

Komnas Perempuan mencatat ada 68 kasus pada tahun lalu di ranah negara yang korbannya adalah pemuda, perempuan, masyarakat adat, dan kelompok marjinal lainnya.

“Komnas Perempuan bersama gerakan perempuan terus berupaya menghadirkan kerangka hukum yang memihak perempuan,” kata Andy.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023